Liputan6.com, Jakarta Penelitian tahap awal terhadap potensi bajakah untuk pengobatan kanker yang dilakukan pelajar SMA di Palangka Raya, Kalimantan Tengah mendapat pro kontra masyarakat. Walau begitu, studi bajakah untuk obat kanker tetap mendapatkan apresiasi.
Penelitian tahap awal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di bidang hayati.
Baca Juga
"Salah satu bentuk kekayaan itu antara lain tanaman berkhasiat obat," kata Direktur Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ina Rosalina pada Health Liputan6.com, ditulis Jumat (16/8/2019).
Advertisement
Ina mengatakan, memang banyak informasi mengenai khasiat obat yang bersumber dari masyarakat maupun pendidikan dan penelitian.
"Tugas kita sebagai anak bangsa adalah menggali potensi tersebut, tentunya melalui kaidah ilmiah yang berlaku," kata Ina menegaskan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Penelitian Bajakah Masih Panjang
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Siswanto mengatakan bahwa pengembangan bajakah sebagai obat kanker masih sangat awal dan harus dilanjutkan dengan penelitian lanjutan yang panjang.
Setidaknya beberapa tahapan harus dilalui agar bajakah bisa dinyatakan bermanfaat bagi pasien kanker. Tanaman tersebut harus melalui isolasi bahan aktif, uji in-vitro bahan aktif terhadap cell line kanker, uji hewan, serta tiga kali uji klinis pada manusia.
"Untuk uji pada manusia, harus gandeng industri farmasi supaya bahan uji diproduksi secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)," kata Siswanto yang saat sedang dihubungi sedang berada di Makkah, Arab Saudi.
Jika semua tahap sudah dilewati, barulah bisa diproduksi secara ekonomi dan meminta izin edar pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Demikian, seluruh tahapan harus dilewati dengan kokoh. Artinya, masyarakat tidak dianjurkan untuk ramai-ramai konsumsi Bajakah untuk mengobati kanker," tegasnya.
Bagi pasien, Siswanto meminta untuk tetap berkonsultasi dengan dokter.
Advertisement