Sukses

Ingin Anak Sukses di Masa Depan? Ini Saran Psikolog

Bukan hanya orangtua mengajarkan anak agar fokus belajar, pastikan juga mengajarkan anak bisa menyelesaikan masalah.

Liputan6.com, Jakarta Banyak orangtua yang tak mau anak merasakan kesulitan seperti yang mereka alami dulu. Lalu, kerap mengatakan kepada buah hatinya bahwa yang terpenting anak harus sekolah, biar orangtua yang bekerja keras. Bila ditilik secara psikologis cara ini tidak baik untuk kesehatan mental anak.

"Orangtua selalu bilang, 'Dulu itu bapak susah. Bapak harus kerja keras, harus begini. Pokoknya tugas kamu sekarang hanya belajar dan harus lebih sukses dari bapak', pemikiran ini salah," kata psikolog anak dan remaja Oktina Burlianti.

Banyak orangtua yang berpikir bahwa dengan memenuhi kebutuhan sekolah, anak dapat menjadi lebih sukses darinya dan akhirnya membiarkan anak terlena dengan kehidupan bebas masalah.

"Kenapa bapaknya bisa sukses karena dulu hidupnya kerja keras, dulu hidupnya susah, makanya dia bisa sukses. Anak juga harus ditempa juga oleh kehidupan, artinya jangan bebaskan anak untuk lepas dari masalah," jelas Direktur Program Sekolah Citta Bangsa ini.

Bukan berarti anak harus tidak diberi uang dan pergi bekerja untuk mencari uang. Melainkan biarkan anak terlibat dalam masalah dan biarkan dia sendiri yang menyelesaikannya dengan tuntunan orangtua.

Terutama ibu, terkadang ketika ada perkelahian anak, alih-alih membiarkan anak yang menyelesaikan masalahnya, malah para ibu yang ribut.

"Bagaimana kita mengharapkan anak bertanggung jawab kalau kita tidak pernah beri dia kesempatan untuk bertanggung jawab, kesempatan dapat masalah," jelas Oktina yang akrab disapa Ullie ini.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut

2 dari 2 halaman

Tugas Penting Orangtua

Tugas orangtua, kata Ullie, adalah memberikan contoh dan role model kepada orangtua. Misalnya ketika anak mendapat jadi korban perundungan di sekolah, ajarka dia cara membela diri. Bukan datang ke sekolah dan asal main jotos saja, tetapi biarkan anak mencari cara untuk menyelesaikannya.

"Ajari dulu mana yang benar dan salah. Ketika ternyata anak yang benar, ajarkan bagaimana membela harga dirinya. Bukan dengan kemarahan tetapi dengan role play  biasanya," ujar Ullie.

 

 

Penulis: Febrianingsih Alamako