Liputan6.com, Banten Usai mendarat di Indonesia, satu per satu jemaah haji melewati alat pemindai suhu tubuh (thermalscanner). Pemeriksaan ini dilakukan usai turun pesawat sebagai skrining terhadap kemungkinan penyebaran penyakit seperti meningitis, MERS-Cov, dan ebola.
Jika ada jemaah haji yang terdeteksi suhu tinggi atau demam, maka akan diisolasi serta observasi seperti disampaikan Menteri Kesehatan Nila Moeloek saat menyambut kedatangan kloter pertama JKG-1 jamaah haji Indonesia pada Senin (19/8/2019) sekitar pukul 18.00 WIB di terminal 2D Bandara Soekarno Hatta, Banten.
Nila juga mengingatkan kepada para jemaah haji untuk menyimpan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) yang dibagikan petugas kepada jamaah haji setelah turun pesawat dengan baik.
Advertisement
“Selama 3 minggu kartu itu dipegang. Jika ada yang sakit, bawa ke puskemas dan rumah sakit. Kartunya diperlihatkan,” ucap Nila dikutip dari rilis yang diterima Liputan6.com.
K3JH merupakan kartu yang diisi oleh jamaah haji untuk merekam atau mencatat gejala-gejala penyakit yang mungkin timbul selama 21 hari setelah pulang menunaikan ibadah haji. Gejala tersebut di antaranya sakit demam, batuk, sesak napas, diare, perdarahan dan kaku kuduk. Bila setelah 21 hari di tanah air, maka K3JH ini diserahkan/dikirimkan ke puskesmas setempat.
Hingga hari ke-44 atau Senin, 19 Agustus 2019 jumlah ada 243 jemaah haji yang wafat. Sementara, jemaah yang masih dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sebanyak 174 orang dari 1.564 jamaah.
Sementara di KKHI Madinah sebanyak 416 orang yang dirawat sudah kembali atau sembuh. Selain di KKHI, Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Madinah masih merawat sebanyak 3 orang dan 219 orang di rawat di RSAS Makkah. Kementerian Kesehatan tetap akan mendampingi jamaah haji yang masih dirawat di Arab Saudi.