Sukses

Tinggal di Daerah dengan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Gangguan Bipolar

Orang yang tinggal di daerah polusi udara buruk lebih mungkin mengalami depresi dan gangguan bipolar.

Liputan6.com, Chicago Analisis data kesehatan dari jutaan pasien menemukan, hubungan signifikan antara gangguan kesehatan mental dan paparan polusi udara. Penelitian ini berdasarkan data populasi dari Amerika Serikat dan Denmark, sejumlah studi yang menghubungkan kualitas udara dengan kesehatan yang buruk.

Peneliti menemukan, negara-negara dengan polusi udara terburuk mengalami peningkatan 27 persen dalam gangguan bipolar dan 6 persen lebih tinggi alami depresi berat bila dibandingkan dengan negara-negara dengan kualitas udara terbaik.

Dipimpin oleh para ilmuwan di University of Chicago, penelitian ini menggunakan database asuransi kesehatan Amerika yang terdiri dari 151 juta orang dengan klaim rawat inap dan rawat jalan 11 tahun untuk penyakit neuropsikiatrik.

Para peneliti kemudian membandingkan klaim-klaim itu dengan pengukuran 87 potensi polusi udara.

"Ada beberapa pemicu yang diketahui bisa menyebabkan penyakit mental, tetapi polusi adalah hal yang baru," kata profesor kedokteran dan genetika manusia, Andrey Rzhetsky, dikutip dari Independent, Rabu (21/8/2019).

“Penelitian pada anjing dan hewan pengerat menunjukkan, polusi udara dapat masuk ke otak dan menyebabkan peradangan, yang menghasilkan gejala menyerupai depresi. Sangat mungkin hal yang sama terjadi pada manusia."

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Peningkatan Skizofrenia

Tim peneliti Chicago menerapkan, metodologi yang sama untuk data dari 1,4 juta pasien Denmark memvalidasi temuan mereka. Bekerja sama dengan para peneliti di Universitas Aarhus Denmark, mereka memeriksa kejadian penyakit neuropsikiatrik pada orang dewasa Denmark, yang tinggal di daerah dengan kualitas lingkungan yang buruk hingga usia dari 10.

Tim menemukan ada 29 persen peningkatan gangguan kesehatan mental bagi orang yang tinggal di daerah yang paling tercemar.

Paparan polusi udara tingkat tinggi dikaitkan dengan peningkatan lebih dari dua kali lipat dalam skizofrenia di antara pasien Denmark serta tingkat gangguan kepribadian, depresi dan bipolar yang lebih tinggi.

"Studi kami di Amerika Serikat dan Denmark menunjukkan, tinggal di daerah yang tercemar, terutama di awal kehidupan dapat berisiko gangguan mental," jelas ahli biologi komputer, Atif Khan dalam jurnal yang diterbitkan dalam PLOS Biology.

Namun, ada faktor-faktor lain yang dapat menjelaskan korelasi tersebut. Profesor Stanford John Ioannidis ada kemungkinan menarik, kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan penyakit mental. Tetapi kasus yang dicontohkan kurang jelas.

"Terlepas dari analisis yang melibatkan kumpulan data besar, bukti yang tersedia memiliki kekurangan dan belum terlalu kuat," jelasnya.

3 dari 3 halaman

Faktor Lingkungan

Menurut Daniel Maughan dari Royal College of Psychiatrists, penelitian yang dilakukan menunjukkan, bukti yang semakin meningkat tentang hubungan antara polusi udara dan perkembangan penyakit mental.

Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah penelitian tidak menunjukkan bahwa udara polusi menyebabkan penyakit mental, itu menunjukkan "hubungan yang kuat" ada antara paparan awal dan peningkatan risiko pengembangan kesehatan mental.

“Namun, ada banyak faktor lingkungan yang dapat berkontribusi pada kesehatan mental yang buruk bagi orang-orang yang tinggal di daerah dengan polusi tinggi seperti kepadatan populasi dan berkurangnya akses ke ruang hijau. Mereka pun untuk mengisolasi kualitas udara yang buruk sebagai penyebab penyakit mental," jawab Daniel.

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan, polusi udara membunuh 7 juta orang setiap tahun setara dengan 13 kematian setiap menit. Angka ini lebih dari gabungan total perang, pembunuhan, TBC, HIV, AIDS, dan malaria.

Studi sebelumnya mengaitkan kualitas udara yang buruk dengan berbagai kondisi termasuk asma, penyakit jantung, dan berbagai jenis kanker.