Sukses

Sering Kena Gegar Otak Sebabkan Atlet Olahraga Ini Rentan Disfungsi Ereksi

Olahraga American Football yang keras dan rentan akan cedera kepala membuat para pemainnya lebih berisiko mengalami disfungsi ereksi

Liputan6.com, Jakarta Olahraga American Football merupakan salah satu olahraga di mana para atletnya rentan mengalami cedera kepala. Sebuah studi menemukan, kondisi tersebut juga berisiko membuat mereka mengalami disfungsi ereksi.

Dalam sebuah penelitian di JAMA Neurology pada Rabu (28/8/2019), atlet yang mengalami gegar otak ringan lebih berpotensi terkena disfungsi ereksi. Studi ini dilakukan pada lebih dari 3.400 mantan atlet football di Amerika Serikat.

Dilansir dari New York Post pada Rabu (28/8/2019), para peneliti dari Harvard memberikan pertanyaan pada para peserta tentang testosteron rendah serta disfungsi ereksi.

Para penulis studi berpendapat bahwa kedua hal tersebut bisa disebabkan oleh kelenjar produksi hormon yang terletak di dasar otak. Gangguan pada kepala membuatnya kinerjanya bermasalah.

"Mantan pemain dengan disfungsi ereksi mungkin lebih lega ketika mengetahui bahwa gegar otak yang berlangsung selama karir NFL mereka, mungkin berkontribusi pada kondisi yang umum dan bisa diobati," kata ketua penulis studi, Rachel Grashow seperti dikutip dari EurekAlert.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Testosteron Rendah dan Disfungsi Ereksi

Dalam penelitian ini, pria yang melaporkan sering mengalami masalah gegar otak 2,5 kali lebih mungkin sedang melakukan atau mendapatkan rekomendasi pengobatan untuk testosteron rendah.

Sementara, pria dengan gejala gegar otak yang dua kali lipat lebih sering, mengungkapkan bahwa mereka menerima rekomendasi pengobatan hingga sedang menggunakan obat disfungsi ereksi.

Dari keseluruhan peserta, setidaknya 18 persen mengalami testosteron rendah dan hampir 23 persen yang melaporkan disfungsi ereksi. Kurang dari 10 persen yang mengalami keduanya.

Namun, penelitian ini tidak menjelaskan secara rinci tentang penyebab itu bisa terjadi.

"Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan risiko disfungsi ereksi setelah cedera kepala bisa terjadi pada usia yang relatif muda dan bisa bertahan selama beberapa dekade setelahnya," kata peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health, Andrea Roberts.