Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan kematian kelima akibat penyakit paru-paru terkait penggunaan rokok elektrik. Kasus kematian tersebut dilaporkan berada di Illinois, Oregon, Indiana, Minnesota, dan Los Angeles.
Dalam konferensi persnya di Atlanta 6 September lalu, Dana Meaney-Delman dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan mereka belum menemukan rincian zat atau rokok elektrik jenis tertentu yang menjadi penyebab penyakit tersebut.
Baca Juga
"Belum ada penyebab pasti telah ditetapkan," kata Meaney-Delman seperti dikutip dari Science News pada Senin (9/9/2019).
Advertisement
Dikutip dari Gulf News, CDC meminta warga AS untuk meningkatkan kewaspadaan dalam penggunaan rokok elektrik. Mereka menyatakan, kebiasan tersebut terkait dengan munculnya pneumonia jenis baru yang disebut Lipoid.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Uji Coba Sampel Produk
Departemen Kesehatan New York mencurigai kadar vitamin E asetat dalam produk rokok elektrik mengandung ganja. Biasanya zat tersebut berada dalam produk perawatan kulit yang berbahaya apabila terhirup.
Namun temuan tersebut masih terlalu dini. Setidakya, Food and Drug Administration (FDA) telah melakukan pengujian lebih dari 120 sampel produk rokok elektrik yang terdiri dari berbagai bahan kimia. Beberapa diantaranya adalah nikotin, tetrahydrocannabinol yang kerap ditemukan dalam ganja, berbagai pengencer, aditif, hingga pestisida dan opioid.
"Sampel yang kami evaluasi terus-menerus menunjukkan hasil beragam, dan tidak ada satu zat atau senyawa, termasuk vitamin E asetat yang teridentifikasi dalam semua sampel uji," kata Mitch Zeller direktur FDA untuk produk tembakau.
Setidaknya hingga 6 September, dilaporkan pasien dalam kejadian ini sudah mencapai 450 orang.
Advertisement