Liputan6.com, Jakarta Pikiran seseorang yang ingin bunuh diri bisa terlihat dari unggahan di akun media sosial (medsos) pribadinya. Unggahan seperti memperbarui status dalam bentuk tulisan.
Umumnya tulisan tersebut sarat dengan keluh kesah, nuansa depresi, bahkan kalimat yang mengindikasikan adanya keinginan mengakhiri hidup. Namun tak jarang warganet menanggapinya di kolom komentar dengan kalimat-kalimat yang tidak tepat, misalnya 'Imannya kurang ya.'
Advertisement
"Kalau melihat medsos, orang dengan pikiran ingin melakukan bunuh diri seharusnya warganet bukan nge-judge mental seperti itu. Kita harus mendengar keluhan dan mendengar apa yang mereka rasakan," jelas dokter spesialis kejiwaan Dian Pitawati melalui siaran Live Streaming Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Senin (9/9/2019).
Dengan mencoba mendengar keluhan orang itu, bisa menjadi upaya mengurangi pikiran-pikiran negatifnya terkait bunuh diri. Hal ini bisa mencegah orang tersebut untuk melakukan tindak bunuh diri.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Berikan Info Layanan Kesehatan Mental
Yang perlu kita lakukan sebagai sesama warganet, yakni memberi komentar yang mendorong pencegahan bunuh diri.
"Sebagai netizen yang enggak saling kenal, kita bisa memberikan informasi soal layanan hotline kesehatan mental, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bisa membantu maupun komunitas yang berfokus seputar bunuh diri," lanjut Dian yang berpraktik di RSUP Fatmawati Jakarta.
Cara memanfaatkan medsos dengan bijak terhadap seseorang yang berkeinginan bunuh diri dapat menyelamatkan nyawa orang tersebut. Namun, yang utama, perhatian dari keluarga teman di sekitar orang yang punya keinginan bunuh diri.
"Mereka perlu mendampingi dan mendatangkan tenaga kesehatan. Dengar dan temani apa keluhan mereka," Dian menerangkan.
Advertisement