Liputan6.com, Jakarta Penggunaan rokok elektrik sebagai salah satu strategi alternatif mengurangi kecanduan rokok konvensional saat ini bukan hal baru. Meski begitu, para dokter meminta agar masyarakat lebih waspada dengan produk-produk semacam ini.
Dokter spesialis paru Fitriani Taufik mengatakan bagi orang yang mengisap rokok elektrik maupun orang di sekitarnya, tetap ada dampak bagi kesehatan yang bisa timbul.
Baca Juga
"Walaupun itu bukan asap tapi uap, saluran napas bisa iritasi sehingga pertahanan sel saluran napas terpengaruh," kata Fitriani dalam konferensi pers di Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Selasa (10/9/2019).
Advertisement
Seseorang yang saluran napasnya terkena iritasi, maka bisa berimplikasi pada infeksi saluran napas, paru-paru, hingga kekambuhan pada penderita asma.
"Bahkan ada penelitian yang menyatakan itu berpotensi memicu terjadinya asma," kata Fitriani menjelaskan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Meski Ada yang Bisa Berhenti Merokok, Itu Belum Bisa Digeneralisir
Untuk mereka yang menghirup uapnya, rokok elektrik juga dinilai berbahaya. Hal ini juga karena zat yang terkandung dalam uap itu sendiri.
"Uap itu kan isinya macam-macam, itu kan sifatnya iritasi. Apalagi pada orang-orang yang daya tahan saluran napasnya tidak terlalu bagus tentu dia akan lebih rentan," kata Fitriani yang juga tergabung di Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini.
Untuk itu, Fitriani tidak menyarankan seorang perokok konvensional untuk berpindah ke rokok elektrik. Meski memang ada mereka yang berhasil hingga berhenti merokok, tapi hal itu belum bisa digeneralisir.
"Mungkin memang bisa pakai rokok elektrik untuk sementara buat berhenti, tapi itu kan kasus per kasus, tidak mengesampingkan bahwa ada yang berhasil dengan cara itu, tapi kalau dokter merekomendasikan untuk digunakan ya tidak mungkin," tegasnya.
Advertisement