Liputan6.com, Jakarta Satu lagi warga Amerika Serikat (AS) menjadi korban meninggal dari penyakit paru terkait rokok elektrik. Kasus keenam itu terjadi di Kansas. Diketahui, pasien itu juga telah memiliki penyakit yang mendasarinya.
Kasus yang memakan korban seorang warga berusia 50 tahun ini membuat pejabat kesehatan setempat meminta masyarakat untuk berhenti mengisap rokok elektrik.
Baca Juga
"Jika Anda atau orang yang dicintai mengisap vape, tolong berhenti," kata Lee Norman dalam pernyataannya seperti dikutip dari Aljazeera pada Jumat (13/9/2019).
Advertisement
Bertambahnya korban akibat kebiasaan vaping pun membuat Presiden AS Donald Trump ikut turun tangan. Pada Rabu lalu, dia bersama dengan US Food and Drug Administration akan mengeluarkan rekomendasi tegas untuk penggunaan rokok elektrik yang diberi perasa.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Presiden AS Turun Tangan
Alex Azar, Sekretaris Layanan Kesehatan dan Masyarakat yang ikut rapat bersama dengan Trump menyatakan bahwa nantinya, perusahaan rokok elektrik harus menarik produk mereka dari pasar. Namun, masih ada pengecualian.
"Pada saat itu, semua rokok elektrik beraroma selain rasa tembakau, harus dikeluarkan dari pasar," kata Azar seperti dikutip dari CNN.
Para peneliti sendiri masih melakukan penyelidikan terhadap penyebab penyakit paru yang disebabkan oleh rokok elektrik itu sendiri. Beberapa mencurigai adanya campuran ganja serta vitamin E asetat, minyak yang berasal dari vitamin E dan berbahaya jika terhirup.
Kejadian tersebut juga membuat Gubernur New York, Andrew Cuomo mewajibkan semua toko rokok elektrik memasang tanda peringatan bahaya vaping. Dia juga mengutip advokat kesehatan yang menyatakan bahwa perasa dalam rokok elektrik, mendorong penggunaan produk tersebut di kalangan anak muda.
Advertisement