Sukses

Cegah Risiko Demensia dan Depresi pada Pasien Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran rentan mengalami depresi dan demensia

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian dari Journal of American Geriatrics Society menemukan bahwa menggunakan alat bantu pendengaran dapat menurunkan risiko demensia, depresi, dan kecemasan pada lansia dengan gangguan pendengaran.

Hampir satu dari empat orang di Amerika Serikat yang berumur 65 sampai 74 tahun mengalami gangguan pendengaran. Para ahli kemudian melakukan uji coba menggunakan alat bantu pendengaran yang ternyata dapat memberikan manfaat untuk kesehatan fisik hingga kesehatan otak.

"Orang dengan gangguan pendengaran memiliki lebih banyak peristiwa yang merugikan, tetapi penelitian ini memungkinkan kita untuk mengintervensi efek yang mungkin muncul," kata Pimpinan Penelitian dari University of Michigan, Amerika Serikat, Elham Mahmoudi seperti dikutip dari situs Health pada Kamis, 19 September 2019. 

 

2 dari 3 halaman

Kegunaan Alat Dengar untuk Pasien Gangguan Pendengaran

Meskipun alat bantu dengar tidak bisa untuk mencegah ketiga kondisi tersebut, tapi alat ini dapat memperlambat munculnya demensia, depresi, dan kecemasan.

Penelitian ini diambil dari 115 ribu orang yang berumur di atas 66 tahun dan mengalami gangguan pendengaran. Para ahli mencatat kondisi kesehatan para responden, satu tahun sebelum meneliti kondisi mereka selama tiga tahun terakhir.

Hasil menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu dengar mengurangi risiko terdiagnosis demensia, termasuk Alzheimer sebanyak 18 persen. Sedangkan, untuk menurunkan risiko depresi atau kecemasan sebanyak 11 persen, dan risiko cedera terkait jatuh sebesar 13 persen.

Dilansir dari Medical News Today, beberapa ahli percaya bahwa gangguan pendengaran dapat mengakibatkan kurangnya stimulasi pada otak dan akhirnya menyebabkan penurunan kognitif.

Yang lainnya berpendapat bahwa kemunduran saraf di telinga mungkin merupakan indikator dari penurunan fungsi saraf yang lebih luas.

 

3 dari 3 halaman

Pasien Gangguan Pendengaran

Namun, secara keseluruhan, hanya ada 12 persen dari mereka yang didiagnosis dengan gangguan pendengaran mau untuk menggunakan alat bantu dengar. Para peneliti mengidentifikasi perbedaan dari jenis kelamin, ras, latar belakang etnis, dan lokasi geografis.

Food and Drug Administration (FDA) menyetujui bahwa alat bantu dengar akan dijual bebas pada tahun 2020. Sebagai upaya untuk membantu orang-orang dengan gangguan pendengaran ringan hingga sedang.

"Kami berharap penelitian ini dapat membantu dokter dan orang-orang dengan gangguan pendengaran memahami bahwa ada hubungan potensial antara alat bantu dengar dengan aspek kesehatan lainnya," ujar Mahmoudi.