Liputan6.com, Banjarmasin Jika bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sampai memasuki status darurat, Banjarmasin dipertimbangkan sebagai lokasi tujuan evakuasi bagi keompok masyarakat yang rentan terdampak kabut asap. Kelompok rentan tersebut yakni anak-anak, ibu hamil, dan lanjut usia (lansia).
Pertimbangan terhadap Banjarmasin terkait pengalaman kejadian karhutla pada 2015 silam. Ketika itu, Banjarmasin berhasil menjadi lokasi tujuan evakuasi bagi kelompok rentan kabut asap dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Advertisement
Pada waktu itu, anak-anak balita dan SD bersama ibunya, wanita hamil, dan beberapa lansia yang terpapar kabut asap karhutla mengungsi dari Kalimantan Tengah ke Kalimantan Selatan (Banjarmasin).
"Lokasi pengungsian saat itu di Komplek Banjar Indah Permai, Kota Banjarmasin. Evakuasi dilakukan 22 dan 25 Oktober 2015. Para pengungsi kembali ke rumah masing-masing pada 2 November 2015," jelas Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Minggu (22/9/2019).
Informasi tersebut diperoleh Retno dari pemaparan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Selatan saat melakukan pengawasan langsung ke Banjarmasin pada 19-21 September 2019 terkait bencana karhutla di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatera.
KPAI mengunjungi kantor WALHI Kalimantan Selatan yang memiliki pengalaman melakukan evakuasi kelompok rentan terdampak kabut asap.
Kualitas Udara yang Kian Membahayakan
KPAI mendapatkan penjelasan melalui video mengenai wilayah yang terbakar, posisi serta jumlah titik titik api di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kondisi terkini pada September 2019, indeks kualitas udara di Kalimantan Tengah tercatat pernah mencapai Indeks 2000.
Padahal, indeks kualitas udara dalam rentang 300 saja, kondisi sudah membahayakan. Untuk Pontianak, Kalimantan Barat, indeks kualitas udara pada 17 September 2019 di atas 370, yang berarti dalam kategori berbahaya, terlebih lagi untuk lansia dan anak-anak yang berusia 13 tahun ke bawah.
Saat ini, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat dalam kondisi status siaga bencana, belum masuk status darurat. Walaupun begitu, hasil diskusi KPAI an WALHI Kalimantan Selatan sepakat, pemerintah seharusnya menyiapkan segala kemungkinan di masa siaga jika mencapai status darurat.
"Kami sepakat pemerintah seharusnya menyiapkan segala kemungkinan jika mencapai status darurat, seperti penyiapan mobil oksigen, rumah aman asap, makanan bergizi, snack, dan minuman yang diperlukan anak-anak. Tentunya, agar mereka tetap sehat selama kejadian kabut asap. Penting juga dipersiapkan lokasi yang menjadi tempat pengungsian saat evakuasi kelompok rentan akan dilakukan," tambah Retno.
Advertisement
Pertimbangan Evakuasi
KPAI menekankan, jika kualitas udara di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat terus-menerus tidak sehat, bahkan masuk indeks sangat berbahaya akibat karhutla, yang mana pemerintah menetapkan status darurat.
Pemerintah pusat dan provinsi perlu mempertimbangkan evakuasi anak-anak beserta ibunya, lansia manula dan wanita hamil dari lokasi kabut asap menuju provinsi terdekat yang lebih aman.Lokasi pengungsian juga harus kualitas udaranya lebih baik.
"Kami juga mengingatkan pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan kementerian/lembaga terkait dari sekarang menyiapkan lokasi pengungsian. Ini sebagai persiapan ketika terjadi evakuasi kelompok rentan," terang Retno.