Liputan6.com, Jakarta Jangka waktu menunggu operasi penyakit jantung bawaan bisa sampai tiga tahun. Waktu tersebut bukanlah sebentar, bahkan risiko penyakit semakin memburuk pun bisa saja terjadi.
Dokter spesialis jantung konsultan Radityo Prakoso menerangkan, waktu tunggu operasi jantung bawaan yang lama dipengaruhi jumlah ahli jantung bawaan.
Advertisement
Ahli penyakit jantung bawaan masih terbilang sedikit, tidak sampai 100 orang. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia.
"Data Indonesian Heart Association menyebut, jumlah penyakit jantung bawaan di Indonesia mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup. Artinya, 9 banding 1.000 kelahiran setiap tahunnya," terang Radityo saat ditemui di BSD, Tangerang, ditulis Senin (23/9/2019).
Memperburuk Kondisi Jantung
Ada risiko yang mengintai pasien saat menunggu operasi penyakit jantung dalam rentang tiga tahun tersebut.
"Menunggu selama tiga tahun bisa saja memperburuk jantung. Bahkan mengakibatkan kebocoran jantung yang lebih parah," Radityo menambahkan.
Di sisi lain, penanganan alternatif melalui terapi intervensi tanpa bedah sudah diterapkan dalam beberapa dekade. Pasien pun tidak harus menjalani operasi terbuka.
Terapi tanpa bedah menggunakan prosedur intervensi dengan kateter (transcatheter closure). Namun, tak semua pasien bisa menjalani prosedur ini.
"Keuntungan intervensi kateter memang komplikasinya relatif lebih rendah dan waktu pemulihannya juga singkat, tetapi hanya dokter yang bisa mengetahui, pasien mana yang perlu dioperasi dan mana yang hanya diintervensi dengan kateter," lanjut Radityo.
Advertisement