Sukses

Kualitas Udara Jambi Akibat Kabut Asap Saat Ini Lebih Buruk dari 2015

Kualitas udara di Jambi akibat kabut asap tahun 2019 ini lebih buruk dibanding 2015.

Liputan6.com, Jambi Kualitas udara di Provinsi Jambi akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat ini lebih buruk dibanding 2015.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 23 September 2019, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dilihat dari konsentrasi partikulat PM10 mencapai angka 411 ugram per meter kubik. Kategori partikel polutan kabut asap tersebut sudah masuk level "Berbahaya".

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menanggapi angka ISPU tersebut.

"Data BMKG menunjukkan, ISPU (Partikulat PM10) pada 2015 yang terburuk di Jambi itu 173 ugram per meter kubik (Tidak Sehat). Tahun 2019 ini, ISPU terburuk di Jambi sampai tanggal 23 September 2019 angkanya 411 ugram per meter kubik (Berbahaya)," papar Doni sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (24/9/2019).

Karhutla di Provinsi Jambi sepanjang 2019 dinilai sangat buruk. Akibatnya, kabut asap di Jambi sangat pekat.

"Lebih dari 5.000 hektar adalah lahan gambut (terbakar) yang cukup dalam. Di beberapa lokasi, apinya ada yang berada di dalam tanah dengan kedalaman 5 meter," tambah Doni.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Hujan adalah Solusinya

Pencegahan kabut asap karhutla, lanjut Doni, akan jauh lebih baik. Upaya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan dan water bombing tidak langsung efektif mengatasi aksi si jago merah.

"Hanya alam yang dapat mengatasinya, yakni hujan," ujar saat memantau Posko Karhutla, Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi pada Selasa, 24 September 2019.

Strategi selanjutnya berupa menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung. "Tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar," pesan Doni.