Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan bahwa mereka telah menemui beberapa pelajar yang menjadi korban demo di DPR pada Rabu, 25 September 2019 kemarin. Mereka menemukan bahwa bukan hanya siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menjadi korban aksi berujung ricuh tersebut.
Retno Listyarti, Komisioner Bidang Pendidikan KPAI mengungkapkan bahwa pada Rabu malam, mereka sempat menemui beberapa pejabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk turun ke lokasi demo di DPR. Mereka juga berharap bisa meminta aparat menghentikan gas air mata dan penyisiran demonstran pelajar di sekitar Senayan dan Pejompongan.
Baca Juga
"Namun ternyata malam itu KPAI dan Kemdikbud sulit menembus lokasi-lokasi titik massa berkumpul atau berlari menyelamatkan diri setelah terkena gas air mata," tulis Retno dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis (26/9/2019).
Advertisement
"Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit sekitar senayan dan pejompongan, yaitu RS MH (Mintohardjo) di Benhil (Bendungan Hilir) dan RS Pelni," kata Retno menambahkan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Penyebab Korban Pelajar Berjatuhan
Dalam kunjungan menemui 14 korban pelajar di RS Mintohardjo, KPAI menemukan bahwa bukan hanya siswa SMK atau STM saja yang menjadi korban tapi juga siswa SMA dan SMP.
"Bahkan korban patah tulang yang akan menjalani operasi pagi ini (26/9) adalah siswa SMPN di Jakarta Selatan," Retno mengungkapkan.
Diketahui, beberapa pelajar mengikut demo juga karena ajakan dari media sosial. Ada juga yang tidak tahu bahwa mereka akan mengikuti aksi yang berujung kericuhan tersebut.
Sementara itu di RS Pelni, KPAI juga bertemu dengan beberapa orangtua anak-anak dari korban pelajar yang mengetahui informasi tentang buah hatinya dari pihak rumah sakit dan relawan.
"Anak-anak korban menyatakan mengalami luka karena terjatuh saat disiram gas airmata, pingsan karena kelelahan dan belum makan dari siang, ada yang pingsan karena dehidrasi kekurangan minum di terik matahari siang itu, dan juga ada korban-korban luka karena diduga akibat pukulan aparat," kata Retno.
Untuk itu, KPAI meminta agar dinas pendidikan dan pihak-pihak sekolah tidak memberikan sanksi atau mengeluarkan siswa yang mengikuti aksi demo di DPR dari sekolah. Hal tersebut karena mereka dianggap sebagai korban ajakan di media sosial.
"KPAI meminta aparat untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menangani aksi anak-anak, karena anak-anak ini sebagian besar hanya ikut-ikutan dan diduga kuat korban eksploitasi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," Retno menegaskan.
Advertisement