Sukses

Bertahan di Hutan, Pengungsi Gempa Ambon Butuh Tenda

Meski bertahan di hutan, para pengungsi gempa Ambon juga membutuhkan tenda.

Liputan6.com, Ambon Para pengungsi gempa Ambon yang bertahan di hutan juga membutuhkan tenda. Seperti yang dialami masyarakat Desa Hualoy, Desa Latu, dan sejumlah desa lainnya di Pulau Seram, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku

Gempa Magnitudo 6,5 yang mengguncang Maluku pada Kamis 26 September 2019 membuat sebagian warga memilih mengungsi ke hutan. Menurut merekea, hutan dinilai lebih aman, karena berada di ketinggian dan jauh dari bangunan.

"Saat ini saya dan anak dan istri di gunung, warga di sini pakai tenda untuk menginap," ujar Nurdin, warga Desa Hualoy.

Tanpa tenda, para pengungsi gempa Ambon akan kehujanan. Menurut prakiraan cuaca, wilayah Maluku berpotensi hujan.

"Tenda sangat dibutuhkan mengingat wilayah Maluku mengalami hujan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (27/9/2019).

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Kebutuhan Mendesak

Berdasarkan situasi lapangan, beberapa kebutuhan baik makanan dan nonmakanan diperlukan warga Maluku yang terdampak gempa Ambon.

Selama penanganan darurat, kebutuhan nonmakanan mendesak yang dibutuhkan, yaitu terpal 30.000 lembar, tenda keluarga 20 buah, popok balita, pembalut perempuan, selimut 20.000 lembar, matras 5.000 lembar, tikar 10.000 lembar, alat penerang 20.000 buah, dan tandom air serta mandi cuci kakus (MCK). 

"Sedangkan kebutuhan makan, para pengungsi membutuhkan makanan bayi 120 paket, makanan dan minuman 20.000 paket, obat-obatan, air mineral, dan makanan siap saji," Agus melanjutkan.

Pendekatan secara psikologis juga diperlukan bagi anak-anak dan remaja. 

3 dari 3 halaman

Korban Luka dan Meninggal

Jumlah korban meninggal akibat gempa Ambon diidentifikasi berada di Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 14 orang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku mencatat, total korban meninggal sebanyak 23 orang (data Kamis, 26 September 2019 pukul 21.53 WIT). 

Korban meninggal juga ada di Kota Ambon, sebanyak 6 orang dan Kabupaten Seram Bagian Barat 3 orang. BPBD setempat juga melaporkan, lebih dari 100 orang menderita luka-luka. 

"Korban luka disebabkan reruntuhan bangunan pascagempa. Korban luka-luka ini terjadi di Kabupaten Maluku Tengah. Lebih dari 100 orang mengalami luka di Desa Liang. Di Kota Ambon, ada 5 orang luka dan sudah mendapatkan perawatan medis," Agus menambahkan. 

Di Kabupaten Seram Bagian Barat, 1 warga Desa Waisama terluka. Sekitar 15.000 warga lain masih mengungsi pascagempa karena rumah mereka rusak dan mengantisipasi gempa susulan yang membahayakan bangunan tempat tinggal.

Sementara itu, kerusakan infrastruktur tidak hanya terjadi pada sektor perumahan tetapi juga fasilitas pendidikan, tempat peribadatan, perkantoran, serta fasilitas umum.

Kerusakan rumah di wilayah terdampak mencapai 171 unit, yaitu 59 rusak berat, 45 rusak sedang, dan 67 rusak ringan. Fasilitas pendidikan yang rusak sebanyak 5 unit, di antaranya beberapa bangunan di Universitas Pattimura dan Kampus IAIN.