Liputan6.com, Jakarta Di tengah aksi demonstrasi mahasiswa di depan Gedung MPR/DPR Jakarta pada Senin 30 September lalu, terlihat sekelompok mahasiswi sibuk dengan kantung sampah hitam. Tak terlihat mereka membawa spanduk atau kertas bertuliskan kekecewaan dan kritik kepada anggota DPR atau Presiden.
Silvia, Novi, dan Vida di hari itu memang memilih ikut terjun ke depan Gedung MPR/DPR tapi bukan untuk berdemo. Ketiga mahasiswi dari universitas swasta di Jakarta ini beraksi dengan memungut sampah dan bersih-bersih di sekitar lokasi demonstrasi.Â
Baca Juga
Ketiganya mengaku punya rasa kecewa terhadap kinerja DPR. Namun, mereka merasa aspirasi mereka sudah diwakili oleh ribuan mahasiswa lain yang berunjuk rasa.
Advertisement
"Waktu demo itu banyak banget, ada dari mahasiswa berbagai kempus, bahkan anak-anak sekolah juga ada yang turun (demo). Disitu kami merasa mereka sudah mewakili pendapat dari kami bertiga," jelas Silvia saat dihubungi Liputan6.com ditulis Rabu (2/10/2019).
Aksi mengumpulkan sampah di depan gedung DPR murni atas naluri pribadi sehingga mereka tidak membawa embel-embel kampus ke lokasi demo. Mereka pun memilih tidak menggunakan jas almamater, ketika harus dipakai, mereka memilih menutup logo sebagai bentuk perlindungan pada institusi tempat belajar.
"Kita jujur tidak menggunakan almamater karena memang tidak mau membawa nama kampus, terlepas dari beberapa kampus memang tidak mengizinkan untuk turun ke aksi itu," kata Silvia.
Â
Â
Â
Aksi memunguti sampah di sekitar lokasi demonstrasi sebenarnya berawal dari pengamatan mereka yang kerap melihat banyak sampah pascaunjuk rasa.Belum lagi adanya aksi vandalisme dengan mencoret- coret fasilitas umum semakin menambah kerusakan lingkungan sekitar. Hal tersebut pula menguatkan tekad mereka untuk melaksanakan aksi kemanusiaan ini.
Sekitar pukul 13.00 Senin itu, mereka mulai melihat kerumunan massa di sekitar stasiun Palmerah. Aksi bersih-bersih dimulai dari depan Gedung MPR/DPR. Mereka mulai mengambil sampah- sampah yang berceceran di jalan dengan mengandalkan tangan kosong.
"Sekitar jam setengah 2 siang kita sudah sampai depan gedung DPR dan kita mulai nyisir sampah sampai jam 6 sore," jelas Silvia.
Tanggapan Positif dari Demonstran Lain
Dari matahari masih tinggi hingga terbenam, semangat Silvia, Novi, dan Vida tidak kunjung padam untuk mengumpulkan botol minuman atau bungkus makanan yang berserakan.
Malah beberapa mahasiswa lain yang sedang berunjuk rasa ikut membantu memasukkan sampah ke kresek hitam yang mereka bawa.Â
"Jujur mereka semua mengapresiasi kita. Mereka juga welcome dengan kehadiran kita dan mereka juga bantu masukin sampah. Misalnya didekat mereka ada sampah mereka juga pungut (ambil) sampah yang ada disekitar mereka," tutur Silvia.
Semakin malam kondisi di lokasi demo mulai memanas. Gas air mata sempat ditembakkan pihak kepolisian. Untungnya, mereka jauh dari titik itu.Â
"Cuma ngerasa sedikit karena ketika gas air mata, kita enggak berada di posisi depan jadi emgak terlalu merasakan. Tapi perih-perihnya berasa tapi enggak sampai nangis,"Â cerita Silvia.
Â
Â
Penulis: Eflien Anggelien
Â
Advertisement