Liputan6.com, Banyuwangi Tak semua ibu hamil di Banyuwangi, Jawa Timur, memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat. Salah satu alasannya karena malu memeriksakan kehamilan.
Temuan tersebut diperoleh dari kelompok Pemburu Bumil (Ibu Hamil) Risiko Tinggi. Kelompok pemburu ibu hamil yang digawangi ibu-ibu pedagang sayur keliling mendata setiap ibu hamil yang ditemui.
Baca Juga
"Sambil jualan sayur keliling, kami mendata ibu hamil. Tidak tentu juga sih jumlah ibu hamil yang didata. Kadang kami dapat satu atau dua bumil. Kadang juga tidak ada (tidak bertemu bumil)," tutur Pemburu Bumil Risiko Tinggi Khusnul Khotimah saat ditemui di Pasar Sumber Wadung, Kabupaten Banyuwangi, pada Selasa (1/10/2019).
Advertisement
Biasanya, ibu hamil yang malu memeriksakan kehamilannya itu karena masih berusia muda atau belasan tahun.
"(Ibu hamil) Paling muda yang kami temui itu usianya 16 tahun. Didekati ya malu-malu. Kalau sudah begitu, kami koordinasi dengan bidan dan kader puskesmas. Biar pendekatannya nanti berbeda," tambah Khusnul.
Â
Mencari tahu keluhan ibu hamil
Sebagai salah satu anggota tim pemburu ibu hamil, Khusnul berupaya agar si ibu mau memeriksakan kesehatan ke puskesmas. Jika masih tetap tidak mau, akan menanyakan keluhan lalu mendatanya.
Setelah mendata ibu hamil yang ditemui, tim Pemburu Bumil mengirimkan hasil laporan ke puskesmas setempat melalui grup WhatsApp. Tenaga kesehatan, seperti bidan akan memantau kondisi kesehatan bumil.
Pemantauan tersebut tidak hanya dilakukan selama kehamilan, melainkan sampai masa nifas selesai. Jika ada ibu hamil yang berisiko tinggi, maka langsung didatangi tim tenaga kesehatan.
"Hamil berisiko tinggi itu maksudnya hamil di atas 35 tahun dan di bawah 20 tahun, pernah operasi, jarak kandungan melintang, jarak antara anak pertama dan kedua sangat dekat atau jauh," Khusnul menerangkan.
Wilayah yang disasar Pemburu Bumil untuk mendata ibu hamil meliputi Dusun Tuggung, Desa Panjen, dan Desa Jambewangi. Mereka sudah melakoninya kira-kira tiga tahun.
Advertisement