Liputan6.com, Jakarta Selang satu hari mahasiswa berdemonstrasi di depan Gedung MPR/DPR, anak-anak yang duduk di bangku sekolah juga turun ke jalan pada Rabu, 25 September lalu. Sayangnya, aksi demo para anak-anak sekolah ini diwarnai anarki.
Menurut Komisioner KPAI Retno Listyarti, salah satu pemicu anak-anak turun ke jalan untuk ikut demonstrasi akibat kurangnya ruang dialog baik di sekolah maupun rumah. Itu sebabnya, Retno menyarankan sekolah membuka kesempatan bagi siswa untuk berani mengkritik hal-hal terkait institusi pendidikan.
Baca Juga
“Harusnya sekolah membuka kesempatan anak-anak mau yang mana, perubahan tata tertib sekolah yang mana. Mari kita duduk bersama,” kata Retno dalam pers konferens di Kantor KPAI Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2019).
Advertisement
Bila anak-anak tidak mendapatkan ruang dialog yang benar, bisa membuat mereka melakukan cara-cara yang salah. Apalagi, umumnya anak-anak yang ikut serta demo akibat paparan media sosial.
“Sebenarnya anak-anak ini hebat. Namun, mereka mendapatkan informasi yang salah, cara- cara yang salah,“ papar Retno.
Orangtua Jalin Dialog dengan Anak
Retno juga menambahkan agar setiap orang dewasa untuk membangun ruang dialog dengan anak dengan pola pikir yang kritis.
“Jadi ruang dialog itu harus dibangun. Mari didik anak- anak itu dengan kekritisan, “ tegasnya.
Dengan menciptakan ruang dialog pada anak membuat mereka bisa mengungkapkan pendapat dan pastikan untuk diproses.
“Jadi anak bisa ungkapin pendapat, bahwa yakin ungkapan pendapatnya di proses, ada duduk bersama, ada orang dewasa mendengarkan dia. Jadi sekolah harusnya membuka ruang itu,” paparnya.
Penulis: Eflien Anggelina
Advertisement