Liputan6.com, Jakarta Sagu punya potensi untuk mengatasi krisis pangan dan energi. Penanaman sagu pun tidak perlu upaya susah payah. Tanaman ini bisa tumbuh meskipun ditinggal oleh sang pemilik.
Deputi IV Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan menyampaikan, pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan dibutuhkan guna mendukung kekuatan pangan.
Advertisement
"Produksi diversifikasi sagu dapat digunakan untuk bahan pangan, yakni gula etanol. Sagu sebagai salah satu solusi mengatasi krisis pangan dan energi,” ujar Haris di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, sesuai keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat (4/10/2019).
“Selain itu, sekali tanam, sagu tumbuh berkembang meskipun ditinggal (jarang dirawat). Asalkan ada air."
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan
Salah satu keistimewaan tanaman sagu, yakni mampu beradaptasi dengan lahan gambut. Sagu dapat hidup di lahan gambut.
"Sagu bisa menjadi komoditas unggulan, khususnya di lahan gambut basah. Upaya ekonomi produktif dari sagu menjadi alternatif menciptakan penghidupan masyarakat yang ramah terhadap ekosistem gambut," Haris menerangkan.
Lahan gambut yang ditanami sagu pun mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Apabila masyarakat menanam sagu, karhutla dapat dicegah. Dalam hal ini, permasalahan karhutla melalui kearifan lokal, seperti penanaman sagu bisa terselesaikan.
Haris mencatat produksi sagu nasional Indonesia tahun 2014 mencapai 585.093 ton, sedangkan potensi produk sagu seluruh Indonesia sebesar 5,5 juta hektar. Jika dikalikan rata-rata produksi 25 ton per hektar, maka produksi sagu seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 165 juta ton.
Sementara itu, luas lahan hutan sagu mencapai 1.225 juta hektar. Total produksi tepung sagu nasional dapat mencapai 6,84 juta ton per tahun.
Advertisement
Budidaya Sagu
Masyarakat percontohan yang menanam sagu dapat ditemui di Desa Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Luas lahan sagu di kabupaten ini mencapai 63.000 hektar, sedangkan luas lahan sagu di Provinsi Riau seluas 84.000 hektar.
Dengan demikian, upaya solusi ekonomi produktif masyarakat perlu didukung industri untuk mengakomodasi hasil komoditas serta mendorong masyarakat mulai memproduksi tanaman, misal sagu yang ramah terhadap ekosistem gambut.
"Pendekatan livelihood sejalan dengan dengan gagasan BNPB dalam upaya mitigasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang masih terus terjadi setiap tahun. Tahun 2019, luas kebakaran hutan dan lahan saja mencapai 328.724 hektar," lanjut Haris.