Liputan6.com, Jakarta Bermain gim di HP, tablet, maupun komputer kini jadi keseruan tersendiri bagi anak. Namun, anak yang sudah menjadi pecandu gim punya risiko mengalami gangguan jiwa seperti disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan dr Fidiansjah, SpKJ.
Baca Juga
“Pecandu game setelah diteliti otaknya kalau dia terpapar sejak balita kerusakannya sama dengan pecandu napza. Kalau prefrontal cortex belum berfungsi tapi sudah diberi kesenangan game, akibatnya dia merasa adiksi yang menyenangkan akibatnya anak-anak tidak mau belajar,” ucap Fidi dalam rilis Sehat Negeriku.
Advertisement
"Ini lebih berbahaya daripada psikotropika dan zat adiktif," tambahnya.
Gejalanya paling mudah bisa ditemukan oleh keluarga sendiri. Dapat dilihat dari kebiasaan seperti lebih memilih main gim daripada belajar, atau bermain gim dalam waktu yang lama.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Peran Keluarga
Kemenkes tengah berupaya menanggulangi masalah tersebut dengan menyosialisasikan penggunaan teknologi dengan cerdas. Artinya, harus bijak menggunakan gawai dan peralatan teknologi, tidak berlebihan. Edukasi ini disampaikan kepada orangtua maupun pelajar di banyak kesempatan.
“Di keluarga harus memulai dari hal sederhana, misal ada waktu keluarga tanpa hp, misal saat beribadah dan makan,” ujar Fidi.
Advertisement