Liputan6.com, Jakarta Remaja sekarang umumnya sudah melek media sosial. Bahkan, beberapa anak berani mencurahkan isi hatinya alias curhat di medsos. Padahal remaja yang curhat di medsos rentan dilecehkan di dunia online.
Tren curhat ini dikenal dengan sadfishing. Maksudnya, ketika seseorang mengunggah masalah emosional sebagai usaha untuk menarik perhatian, simpati, atau menggaet audiens.
Baca Juga
Sayangnya, sadfishing ini merugikan kesehatan mental anak-anak dan remaja.
Advertisement
Fenomena sadfishing meningkat setelah ada selebritas yang disebut-sebut mem-posting emosinya secara berlebihan untuk mendapat simpati dan menarik orang ke situs mereka.
Studi dari Digital Awareness UK (DAUK) menemukan remaja dengan masalah kesehatan mental mencari dukungan online namun tetap saja menghadapi kritik yang tidak adil.Â
Â
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Rentan Terkena Pelecehan Seksual Secara Online
Dalam beberapa kasus, kritikan dan penolakan ini bisa merusak harga diri remaja yang sudah rapuh dan bahkan mengakibatkan mereka menjadi lebih rentan terhadap 'pelecehan seksual' online.
"DAUK prihatin dengan jumlah siswa yang di-bully karena sadfishing melalui komentar di media sosial, pada aplikasi pesan atau tatap muka, sehingga memperburuk masalah kesehatan mental yang serius," kata laporan tersebut.
Dalam satu kasus, seorang gadis remaja memulai hubungan dengan seseorang yang dia temui di media sosial setelah berbagi pengalamannya tentang depresi secara online. Pria itu menanggapi statusnya di media sosial dan juga berbagi kesulitan dirinya.
Namun, gadis remaja itu ternyata malah dilecehkan seorang lelaki yang jauh lebih tua ketimbang yang akuinya. Ia mulai memaksa gadis itu membagikan foto-foto eksplisit tentang dirinya sendiri.
Advertisement