Liputan6.com, Jakarta Penduduk usia tua di Indonesia diperkirakan bertambah banyak di 2030. Kondisi tersebut dikhawatirkan menjadi penyebab terjadinya masalah 'tsunami katarak' di Indonesia.
"Jumlah penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun untuk usia di atas 50 tahun. Pada tahun 2030 kurang lebih sepertiga barangkali penduduk di Indonesia berusia di atas 50 tahun," kata Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) M. Sidik di Gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan pada Senin (7/10/2019).
Baca Juga
"Itu adalah usia seseorang akan menderita katarak. Jadi jumlah katarak pasti akan bertambah banyak," kata Sidik melanjutkan.
Advertisement
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa katarak adalah kekeruhan lensa yang disebabkan proses penuaan atau sebab lain, sehingga menyebabkan penurunan tajam penglihatan hingga terjadi kebutaan. Kondisi ini biasa dimulai ketika seseorang menginjak usia 40 atau 50 tahun. Sementara, beberapa kasus bisa dikenali pada bayi atau anak dan merupakan kelainan sejak lahir.
Hal yang paling ditakutkan dari kondisi tersebut, tentu saja bertambahnya jumlah pasien yang mengalami kebutaan akibat katarak. Indonesia diminta untuk lebih waspada.
Â
Penangan Katarak Belum Optimal
Sidik menilai bahwa jumlah penanganan atau operasi katarak di Indonesia masih belum cukup.
Berdasarkan cataract surgical rate atau jumlah operasi katarak yang dilakukan dalam satu juta penduduk per tahun, angka Indonesia saat ini sudah lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya.
"Angka kita, alhamdulillah, kalau tahun-tahun sebelumnya 700 sekarang kurang lebih sekitar 1.200 operasi katarak per tahun. Artinya, sebanyak lebih dari 300 ribu operasi dilakukan dalam setahun," Sidik menjelaskan.
Namun, melihat masih lebih tingginya penderita katarak dibanding angka operasi, hal itu belum cukup. Idealnya cakupan operasi mencapai 80 persen, sementara di Indonesia saat ini baru mencapai 45 persen.
"Ada banyak hal penyebabnya, mulai dari pengetahuan penduduk dan masyarakat banyak yang menganggap katarak tidak dioperasi, sehingga kekhawatiran masih tinggi, ditambah lagi bonus demografi yang tinggi," tambahnya.
Maka dari itu, 2030 ketersediaan sarana kesehatan mata yang berkualitas untuk seluruh masyarakat Indonesia tanpa hambatan diharapkan bisa tercapai.
Advertisement