Sukses

Bisakah Orang dengan Gangguan Jiwa Lakukan Aksi Kekerasan Seperti Joker?

Penayangan film Joker dikhawatirkan memicu mereka yang telah memiliki gangguan kejiwaan tertentu terinspirasi melakukan aksi kekerasan. Namun, bisakah itu terjadi?

Liputan6.com, Jakarta Selain karena isu kesehatan jiwa , film Joker yang diperankan oleh aktor Joaquin Phoenix menjadi sorotan karena dianggap mampu memicu aksi kekerasan yang terinspirasi film tersebut.

Tahun 2012, di Aurora, Colorado, Amerika Serikat, seorang pria masuk ke acara penayangan tengah malam film The Dark Knight Rises (di mana ada karakter Joker di prekuelnya, The Dark Knight) karya Christopher Nolan dan menembak para penonton di sana. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran akan adanya orang-orang yang terinspirasi akan aksi badut penjahat itu.

Ditemui usai temu media di kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Senin kemarin, dokter spesialis kejiwaan Agung Frijanto mengatakan bahwa sesungguhnya memang ada beberapa aksi kriminal yang terkait dengan gangguan kejiwaan atau kepribadian.

"Yang banyak adalah gangguan psikopat atau gangguan jiwa akibat alkohol, narkoba, penyalahgunaan. Ketika dia mengalami intoksikasi zat tersebut, dia bisa tidak punya kendali dalam berperilaku. Emosional, impulsif, itu juga bisa," kata Agung, ditulis Selasa (8/10/2019).

Walaupun begitu, Agung menegaskan, untuk menyatakan apakah seseorang benar-benar melakukan kekerasan akibat gangguan jiwa haruslah melewati diagnosis dokter terlebih dahulu. Sehingga, belum tentu sebuah kejadian kriminal dilakukan oleh mereka yang memiliki masalah mental tertentu.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Kelompok yang Rentan

Agung menambahkan bahwa paparan audiovisual seperti film bisa mempengaruh orang yang sudah memiliki masalah kesehatan jiwa. Tidak hanya itu, beberapa kelompok tertentu juga rentan.

"Usia balita, anak-anak, itu sangat rentan. Remaja juga tergantung, kalau belum punya copying mechanism yang baik juga masih rentan. Daya tahan mentalnya masih rentan," ujar dokter yang menjabat sebagai sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia tersebut.

3 dari 3 halaman

Rumor Penembak Massal Terinspirasi Joker

Ketakutan terjadinya aksi kekerasan akibat film Joker sendiri bukanlah tak berdasar. Usai penembakan seperti yang telah dibahas sebelumnya, beredar rumor bahwa pelaku penembakan tersebut, James Holmes, menyatakan bahwa dirinya adalah Joker ketika kejadian tersebut berlangsung.

Dilaporkan Vanity Fair, rumor itu telah dibantah oleh jaksa wilayah George Brauchler. Ia menyatakan bahwa hal itu tidak pernah terjadi.

"Tentu saja warna rambutnya penembak yang melakukan aksi di penayangan Batman membuat orang berasumsi itu Joker," kata Brauchler. Meski begitu, dokter jiwa William Reid, yang menangani terdakwa tidak menyangkal bahwa Holmes saat itu berada dalam kondisi mental yang tidak baik.

"Dia mengatakan pertama kali mendengar soal Joker bahkan dari seseorang di sel lainnya," kata Reid. Selain itu, pemilihan film tersebut dikarenakan penonton paling ramai saat itu sedang melihat film ketiga dari trilogi Batman karya Nolan itu.

Walaupun begitu, tampaknya rumor tersebut hingga saat ini tetap menimbulkan kekhawatirkan di kalangan masyarakat, termasuk di Indonesia.