Liputan6.com, Jakarta - Munculnya jerawat di area kemaluan (skrotum) memang mengkhawatirkan. Namun, ahli urologi Jamin V Brahmbhaat mengatakan bahwa kondisi tersebut normal.
Menurutnya, jerawat yang muncul di skrotum sama seperti jerawat di wajah atau punggung. Penyebanya pun hampir sama, karena makanan, hormon, atau stres. Sehingga, Anda tak perlu khawatir.
Baca Juga
“Laki-laki perlu memastikan bahwa lokasi jerawat itu sepenuhnya di skrotum dan bukan di testis. Jika memang di kulit, kebanyakkan jerawat atau benjolan di skrotum itu tidak berbahaya,” kata Jamin seperti dikutip dari situs Mens Health pada Selasa, 8 Oktober 2019.
Advertisement
Jamin pun mengimbau supaya Anda tidak memecahkan atau menusuk jerawat itu. Sebab, bisa menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius. Tenang saja, jerawat di area kemaluan akan hilang dalam seminggu.
Kapan Harus ke Dokter
Jika Anda merasa khawatir akan benjolan merah kecil itu, sebaiknya segera mengunjungi dokter. Khususnya bila jerawat itu terus bermunculan atau banyak. Karena itu bisa menjadi pertanda penyakit menular seksual.
Jamin memperingatkan untuk berhati-hati jika Anda juga terkena diabetes.
“Sistem imun Anda tidak sekuat orang yang bebas diabetes. Sehingga infeksi bisa menyebar dengan cepat,” jelas ahli urologi itu.
Sedangkan jika jerawatnya bertambah besar dan memerah, ini bisa menjadi pertanda demam dan rasa sakit.
Cara mencegahnya
“Jagalah kebersihan skrotum seperti wajah Anda. Kenakan celana dalam bersih, mandi secara rutin dan jaga area itu kering,” jelas Jamin.
Jika Anda sering berkeringat dan memiliki masalah bau badan, tidak ada salahnya untuk mandi lebih dari sekali.
Mencukur area kemaluan juga bisa membantu mencegah jerawat. Selain bisa mengurangi keringat, mencukur juga meminimalkan risiko perkembangan penyakit.
Advertisement
Perlukah Perawatan Khusus
Organisme seperti jamur, bakteri, dan ragi suka area yang gelap, hangat dan lembab. Sehingga terkadang bisa bertumbuh di area kemaluan Anda.
Namun bukan berarti Anda perlu menggunakan bedak atau produk anti keringat khusus. Karena bisa membuat kulit menjadi terlalu kering.
“Disarankan untuk menggunakan air saja. Jika harus mencuci, gunakan yang bebas wangi-wangian dan tidak mengandung bahan antibakteri,” kata ahli urologi itu.
Pilihlah pakaian dalam yang benar
Jamin merekomendasikan penggunaan pakaian dalam yang tidak menghambat ‘pernapasan’ organ reproduksi. Untuk tidak menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat sehingga menghambat aliran udara dan menimbulkan keringat.
Singkatnya, perlakukan area kemaluan layaknya kulit di bagian tubuh yang lain. Dengan demikian, tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan.
Penulis : Selma Vandika