Sukses

Jumlah Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di Indonesia Dinilai Masih Kurang

Dengan penduduk yang sangat banyak, keberadaan spesialis kedokteran jiwa di Indonesia masih dirasa kurang

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan dokter spesialis kedokteran jiwa saat ini sesungguhnya penting bagi menjaga kesehatan jiwa masyarakat. Namun, persebaran dan jumlahnya di Indonesia dirasa masih belum cukup.

Sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) Agung Frijanto mengungkapkan, data terakhir yang mereka himpun menunjukkan di Indonesia ada 987 dokter spesialis kesehatan jiwa.

"Kami sedang melakukan update untuk tahun ini. Mungkin sudah mencapai sekitar seribu spesialis kedokteran jiwa di Indonesia," kata Agung di kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, ditulis Rabu (9/10/2019).

Dalam temu media dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019 pada Senin lalu, Agung mengungkapkan jumlah dokter tersebut harus menangani 250 juta penduduk Indonesia.

"Kita bisa bayangkan rata-rata satu banding 250 ribu. Nah inilah yang kita harus cermati dan siasati," Agung menjelaskan.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Tingkatkan Pemahaman pada Dokter Umum

Dalam presentasinya, persebaran dokter jiwa terbanyak ada di pulau Jawa dengan jumlah 676 atau 68,49 persen. Sementara mereka yang ada di luar Jawa sebanyak 311 dokter atau 31,51 persen.

Sebanyak 94 dokter tersebar di Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, 62 di Sulawesi, 44 di Kalimantan, 108 di Sumatera, dan 3 di Papua.

Agung juga mengatakan bahwa menurut sistem rujukan Jaminan Kesehatan Nasional, dokter jiwa baru ditempatkan di rumah sakit umum dan jiwa. Sehingga, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sesungguhnya punya penting dalam pelayanan ini.

"Yang kami lakukan adalah dengan capacity building untuk teman-teman dokter umum yang ada di layanan kesehatan primer dan teman-teman praktisi kesehatan jiwa lainnya seperti psikolog klinis, terapis, dan tenaga-tenaga lain yang terkait dengan kesehatan jiwa."

Selain itu, Agung menegaskan bahwa peran keluarga dan lingkungan sekitar untuk meningkatkan pemahaman tentang masalah terkait kesehatan jiwa, khususnya dalam upaya pencegahan bunuh diri, sangatlah besar.