Sukses

Tekan Angka Diabetes, Singapura Akan Larang Iklan Minuman Manis

Larangan iklan minuman manis yang direncanakan pemerintah Singapura menjadi kebijakan pertama di dunia

Liputan6.com, Jakarta Dengan tingkat diabetes yang tinggi, pemerintah Singapura akan melarang semua iklan minuman manis yang tidak sehat dan berlaku di segala media baik televisi, reklame, media cetak, hingga internet.

Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan bahwa langka itu merupakan cara untuk memerangi kenaikan angka diabetes akibat konsumsi minuman manis. Selain itu, kebijakan tersebut nantinya menjadi yang pertama di dunia.

"Ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh iklan pada preferensi konsumen," kata Kemenkes Singapura dilansir dari South China Morning Post pada Jumat (11/10/2019).

Perang pemerintah melawan potensi diabetes dalam minuman manis tidak sampai di situ. Selain telah meminta produsen untuk mencantumkan kadar nutrisi dan kandungan gula, mereka juga mengincar dari sisi pajak serta pelarangan gula itu sendiri.

"Kami mendesak produsen minuman yang diberi pemanis untuk mempertimbangkan formulasi ulang produk mereka agar mengandung lebih sedikit gula, bahkan ketika kami mempelajari langkah-langkah ini lebih lanjut."

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Kenaikan Populasi Tua

Menteri Senior Kesehatan Edwin Tong mengatakan bahwa beban negara akan muncul apabila terjadi peningkatan prevalensi penyakit kronis.

"Populasi kita yang cepat menua dan meningkatnya prevalensi penyakit kronis akan membawa kita pada sistem yang tidak berkelanjutan dan mahal, dengan hasil kesehatan yang buruk jika tidak segera diintervensi," kata Tong pada Kamis kemarin.

Ia menambahkan, dalam 10 tahun ke depan, warga Singapura yang berusia 65 tahun ke atas akan mengalami kenaikan.

Pihak produsen sendiri menyambut baik rencana tersebut. Bahkan, mereka akan mengurangi kadar gula dalam produknya yang dijual di negara tetangga Indonesia itu.

"Karena sementara gula dalam jumlah sedang baik-baik saja, kami setuju bahwa terlalu banyak itu tidak baik untuk siapa pun," kata country manager Coca-Cola di Singapura dan Malaysia, Ahmed Yehia.

Menurut International Diabetes Federation, 13,7 persen orang dewasa di Singapura mengalami diabetes. Hal ini diakibatkan karena tingginya populasi tua serta budaya membeli makanan di pusat kuliner dengan harga murah.