Liputan6.com, Jakarta Film Joker menghebohkan masyarakat di dunia. Bukan hanya karena mengangkat tema masalah kesehatan mental, tapi juga karena cerita di mana seorang Arthur Fleck yang disakiti oleh lingkungan sekitarnya.
Bahkan, warganet Indonesia mengistilahkan "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti" untuk menggambarkan transformasi tokoh yang diperankan oleh aktor Joaquin Phoenix itu menjadi seorang Joker.
Baca Juga
Walaupun begitu, pemerhati kesehatan mental mengatakan bahwa ada istilah yang tepat apabila Anda sudah menonton filmnya. Hal ini juga terkait dengan kondisi kejiwaan yang dialami oleh Arthur.
Advertisement
"Yang muncul bukanlah orang baik yang tersakiti, tapi orang baik dengan gangguan jiwa, yang tersakiti," kata Yeni Rosa Damayanti, Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat Indonesia ditemui di kantor BPJS Kesehatan, Jakarta pada Jumat (10/11/2019).
Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini
Lebih Berpotensi jadi Korban Kekerasan
Yeni menambahkan, dalam kenyataan terutama di Indonesia, orang dengan gangguan jiwa malah lebih rentan menjadi korban kekerasan ketimbang pelaku kejahatan. Sekalipun ada, jumlahnya sangat sedikit.
"Walaupun tidak minum obat, orang-orang dengan gangguan jiwa itu potensinya kalaupun melakukan kekerasan merugikan diri sendiri," kata Yeni pada Health Liputan6.com.
"Banyak di panti yang malah dikurung, diikat, dirantai, terus kekerasan seksual, saya menemukan banyak di panti-panti tersebut. Angka mortalitas tinggi, pokoknya seram lah. Orang-orang itu, walaupun seperti itu, tidak ada yang jadi Joker," tambahnya.
Selain itu, masih banyak masalah lain yang banyak dialami ODGJ di Indonesia. Tidak hanya kekerasan dan pelecehan, namun juga sulitnya akses ke pengobatan.
"Jadi korelasi antara gangguan jiwa dan jahat itu keliru. Itulah yang harus diperbaiki," tegasnya.
Advertisement