Liputan6.com, Jawa Barat - Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Elly Marliyani mengatakan bahwa pekerjaan dengan target di atas ambang kenormalan dapat memicu terjadinya depresi. Kategori ini berlaku untuk seluruh profesi.
Menurut dia, depresi akan muncul apabila target yang telah dibebankan tidak tercapai, meski seluruh upaya telah dikerahkan.
Baca Juga
"Profesi apa pun dan siapa pun, pada saat mendapatkan stres yang tidak dapat dikelola dan dilepaskan," kata Elly pada Jumat, 11 Oktober 2019.Â
Advertisement
Wartawan disebut Elly sebagai pekerja yang rentan depresi. Hal ini berkaitan dengan harga dirinya, yang tak jarang merasa hebat jika dia mendapat berita yang sedang booming.Â
Saat wartawan tersebut tidak memeroleh apa yang dia kejar akibat adanya kejadian lain yang mendadak, membuatnya jadi sulit menerima kenyataan. Itu akan mengoyak harga dirinya sehingga memicu depresi.
Â
Tangani Depresi
Elly menjelaskan bahwa depresi karena stres dapat ditanggulangi oleh siapa pun atau profesi apa pun apabila dapat mengelolanya. Salah satu siasat mengelola stres berujung depresi dengan mengantisipasi kendala dalam menjalankan suatu tujuan dengan target tetentu.
"Supaya dapat memperoleh berita booming itu contoh untuk wartawan, saya akan datang lebih awal. Itu namanya antisipasi, jadi enggak akan kecewa. Ada juga yang namaya autorism, yaitu mengatasi masalah dengan cara melakukan tugas tanpa pamrih" ujar Elly.
Orang yang melaksanakan tugas tanpa pamrih ini, biasanya kondisi kejiwaannya cenderung stabil dan tidak gampang terkena depresi. Cara lain menghindari stres adalah melakukan pengalihan (sublimasi), seperti menjalani hobi.
Tak hanya wartawan ucap Elly, sekali pun dokter kejiwaan akan mengalami stres berujung depresi. Namun tidak bisa disama-ratakan orang yang mengalami stres dipastikan depresi. Tergantung cara mengelolanya.
Advertisement