Sukses

CHIPS, Jaga Lansia Sebatang Kara di Tengah Hutan Banyuwangi Tetap Sehat

Lansia sebatang kara di tengah hutan Banyuwangi bisa tetap menerima layanan kesehatan.

Liputan6.com, Banyuwangi Inovasi layanan kesehatan dari Puskesmas Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mampu menjangkau lanjut usia (lansia) hingga ke pelosok hutan, bahkan lereng Gunung Raung di kawasan tersebut. Terobosan CHIPS (Calon Harapan Insan Penghuni Surga) terinspirasi film aksi komedi kriminal tahun 2017 berjudul Chips. Tokoh dalam film tersebut beraksi menggunakan sepeda motor.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Widji Lestariono memaparkan, CHIPS adalah program andalan Puskesmas Sempu untuk melayani warga miskin dan lansia sebatang kara. Layanan kesehatan yang mulai dilakukan sejak 2016 ini langsung berkunjung ke rumah warga.

Ibarat kata CHIPS itu aksi jemput bola mengobati warga yang sakit ke rumahnya.

 

 

“CHIPS ini suatu inovasi pelayanan kesehatan untuk warga miskin atau lansia sebatang kara yang sedang sakit. Khususnya mereka yang tinggal di pelosok hutan, jauh dari lokasi faskes. Kehadiran layanan ini terinspirasi dari film Chips,” papar Rio, sapaan akrabnya, saat ditemui di Hotel Aston Banyuwangi beberapa waktu silam.

“Aktor film Chips menggunakan sepeda motor. Nah, petugas CHIPS Puskesmas Sempu, yang terdiri atas satu driver dan dokter juga mengendarai sepeda motor menuju rumah warga miskin yang sakit. Setelah mendapat laporan dari warga bahwa ada lansia atau warga miskin yang sakit, petugas CHIPS langsung mendatangi lokasi.”

 

 

Dokter umum Puskesmas Sempu sekaligus koordinator CHIPS, Daniek Wardhani menambahkan, peluang dari layanan CHIPS layaknya kontrol kunjungan rumah.

“Ya, kayak kontrol kunjungan rumah. Pas ada laporan dari masyarakat, tim kami ke sana langsung. Laporan yang masuk dari telepon resmi kami atau media sosial. Nanti ada dokter yang ke sana. Obat-obatan sudah disiapkan untuk dibawa dokter ke rumah lansia yang sakit. Sudah satu paket, obat-obatan dan alat medis lainnya,” tambahnya.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 5 halaman

Modifikasi Sepeda Motor Tua

Siapa sangka, sepeda motor tua yang digunakan driver CHIPS milik Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi. Sepeda motor termasuk inventaris Hadi yang sudah tergolong tua. Kendaraan beroda dua itu pun dimodifikasi dengan dilengkapi kotak bagasi untuk menaruh alat medis dan obat- obatan.

Sepeda motor juga ditambahkan lampu sirine layaknya ambulans dan radio komunikasi. Modifikasi sepeda motor semakin mempermudah dokter melayani kesehatan warga miskin dan lansia sebatang kara. Armada CHIPS hanya satu: satu-satunya sepeda motor milik Hadi.

 

 

“Ada 6.043 warga kami yang tinggal di hutan. Di antaranya, ada 1.666 warga miskin di wilayah Puskesmas Sempu. Kami baru saja mengunjungi ke hutan sana naik truk. Ada rombongan wartawan dan dosen yang mau lihat aksi CHIPS kami. Itu kalau lagi ada kunjungan. Sementara itu, apa daya kami, sehari-hari ya inventaris CHIPS satu-satunya hanya sepeda motor,” jelas Hadi.

“Meski armadanya cuma satu, target kami mewujudkan warga yang sehat dan mandiri. Angka rawat inap di kampung kami sejak kehadiran CHIPS menurun drastis. Dulu, angka rawat inap bisa 90 sampai 100 persen. Sekarang tinggal 40 sampai 45 persen.”

 

 

Layanan CHIPS bersifat gratis. Seiring perkembangan waktu, banyak pengaduan warga miskin di pelosok hutan yang masuk. Dari pengaduan tersebut, Puskesmas Sempu menggandeng lintas sektor untuk mengatasi pengaduan.

Jika lansia terpaksa dievakuasi dan ambulans puskesmas sedang digunakan, maka ambulans desa siap membawa orang sakit ke Puskesmas Sempu untuk diobati lebih lanjut.

3 dari 5 halaman

Bawa Sembako jika Telat Datang

Keunggulan CHIPS Puskesmas Sempu ada kompensasi yang ditawarkan kepada warga bila  lebih dari dua jam, petugas belum juga tiba di rumah. Kompensasi berupa sembako yang akan dibawa petugas CHIPS. Setelah membawa sembako, dokter bisa lanjut bertugas mengobati warga atau lansia yang sakit.

 

 

“Bukan hanya kewalahan, kami sering kali terlambat, mau telatnya 10 menit, setengah jam atau dua jam karena wilayah kami seperti ini (medan berat di pelosok hutan). Biar kami tidak dimaki-maki masyarakat, minimal datang membawa sesuatu (sembako) yang sesuai kebutuhan masyarakat miskin,” Hadi melanjutkan.

“Alhamdulillah, pelayanan CHIPS kami meningkat. Setelah dilakukan survei, 98 persen mereka puas. Yang tidak puas karena keterlambatan (datang ke rumah). Tapi keterlambatan itu sudah kami bayar dengan kompensasi sembako. Itu sebagai bentuk maklumat kami bila respons time (waktu respons) lebih dari dua jam.”

 

 

Adanya kepuasan layanan kesehatan juga mengurangi klaim BPJS Kesehatan. Rata-rata warga miskin memanfaatkan fasilitas BPJS Kesehatan. Sasaran CHIPS yang mana merawat warga miskin dan lansia sebatang kara di rumah masing-masing sudah mengurangi uang BPJS Kesehatan yang diklaimkan.

Sembako yang diberikan kepada warga berasal dari uang para tenaga kesehatan Puskesmas Sempu. Ini sebagai bentuk tanggung jawab Puskesmas Sempu terhadap pelayanan pada masyarakat. Prioritas CHIPS bukan hanya menyasar warga sepuh yang sebatang kara, tapi warga miskin yang tidak punya kendaraan dan keluarga.

“Dana beli sembako dari uang pribadi sosial kami. Sedekah dari Puskesmas Sempu. Tetap dilayani warga miskin nanti, tapi bawa sembako dulu kalau petugas kami tiba di rumah lebih dari dua jam. Itu sudah perjanjian layanan kami,” Daniek menambahkan.

4 dari 5 halaman

Pasang Stiker dan Kentongan

Salah satu bukti warga miskin dan lansia sebatang kara mendapat layanan CHIPS, petugas Puskesmas Sempu memasang stiker CHIPS di pintu atau jendela rumah.

Bagi yang tidak punya keluarga, petugas juga memasang alat pukul kentongan di depan rumah warga. Kentongan yang terbuat dari bambu sebagai alat komunikasi warga yang tinggal bila sewaktu-waktu memerlukan bantuan.  

 

 

“Masing-masing rumah orang yang sudah kami layani ditempel stiker. Kami juga pasang kentongan untuk ganti ponsel bila dia hidup sebatang kara. Kami sosialisasikan pada masyarakat di sekelilingnya, tolong kalau kentongan ini berbunyi, berarti bapak atau ibu segera menghubungi puskesmas kami,” Hadi menuturkan.

“Banyak sekali manfaat CHIPS ini meningkatkan kepedulian masyarakat, yang selama ini acuh tak acuh, sekarang enggak ada lagi, orang yang meninggal sebatang kara, besok baru diketahui, misalnya. Enggak ada lagi cerita seperti itu.”

 

 

Dalam menjalankan tugas, driver CHIPS sudah siap sejak pukul 03.30. Pukul 07.00, ia sudah berpakaian rapi. Pukul 08.00 ikut apel lalu bawa dokter ke rumah warga. Driver CHIPS berkeliling daerah, yang mana rata-rata sehari 3-5 kunjungan ke rumah.

Seiring waktu, CHIPS tidak hanya berfokus mengobati warga, tapi menemukan rumah tak layak huni, masyakarat yang tidak punya jamban, dan tingkat gizi rendah. Selanjutnya, data itu dilaporkan ke Puskesmas Sempu lalu dikoordinasikan dengan camat dan petugas keamanan.

“Mulai tahun 2016 sampai hari ini, kami bersama lintas sektor sudah membedah rumah menjadi layak huni. Sebanyak 69 rumah laak huni. Ini juga cara menuntaskan kemiskinan, tapi fokus kami mengurus masyarakat agar hidupnya sehat,” ucap Hadi.

Dari CHIPS lahir inovasi Sang Rupawan (Sehat dengan Rumah Tanpa Rumah Hewan). Tidak ada lagi laporan warga yang tidur di rumah bersama kambing dan ayam.

 

5 dari 5 halaman

Aksi Jemput Bola Rawat Warga

Melihat keberhasilan CHIPS yang mendatangi langsung rumah warga miskin di pelosok Banyuwangi, Dinas Kesehatan Banyuwangi akhirnya mengadopsi inovasi layanan kesehatan milik Puskesmas Sempu tersebut. Namanya berubah menjadi Aksi Jemput Bola Rawat Warga.

 

“CHIPS diadopsi oleh dinas kesehatan untuk diterapkan ke seluruh puskesmas di Banyuwangi. Tentu namanya berubah menjadi Aksi Jemput Bola Rawat Warga. Sekarang ini sudah dilakukan secara masif. Petugas aktif mencari warga msikin yang tidak bisa berobat dan lansia sebatang kara yang tidak terurus, kemudian ditangani masalah kesehatannya,” papar Rio.

 

Untuk Aksi Jemput Bola Warga, lanjut Rio, ada 5M pesan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. M pertama, mencari. Petugas secara pro-aktif mencari apakah ada warga miskin yang sakit di wilayahnya. M kedua, mendatangi. Petugas kesehatan yang mendatangi warga, bukan warga yang datang ke puskesmas.

M ketiga, menangani masalah kesehatan. Hal ini sesuai kompetensi puskesmas. Jika bisa diselesaikan level puskesmas, maka diobati tuntas. Jika pasien memerlukan rujukan, maka akan dirujuk. M keempat, menyantuni. Ini dari kantong pribadi petugas kesehatan.

"Sengaja kami lakukan kepada seluruh petugas untuk memberikan santunan dari kantong pribadi. Enggak ada anggaran untuk santunan. Tentunya, melengkapi ladang pahala. Mereka melakukan 3M ini saja sudah luar biasa. Akan lebih lengkap menyantuni juga. Selain itu, kami berupaya menggelitik usaha keikhlasan mereka," ujar Rio sambil tersenyum.

Upaya mengeluarkan uang sendiri diharapkan petugas kesehatan dapat ikhlas melakukan layanan kesehatan. M kelima, mengunggah ke media sosial. Tujuannya, menjawab permasalahan awal pengaduan yang masuk ke medsos. Hal ini berkaitan dengan Bupati Banyuwangi yang eksis di medsos.

Berbagai pengaduan masyarakat soal masalah kesehatan masuk ke medsos bupati. Selanjutnya, laporan akan dibagikan ke dinas kesehatan lalu ke puskesmas setempat.

 

"Pak Bupati menargetkan, responsnya tidak boleh lebih dari 4 jam. Kami berpikir, kenapa enggak kita aja yang aktif seperti di Puskesmas Sempu. Akhirnya, kami sepakat mengadopsi CHIPS-nya. Setiap kali ada warga yang dilayani, kami mengunggah foto-foto ke medsos. Ini bagian dari syiar untuk memberikan informasi kepada warga, bahwa ada warga yang kurang beruntung di lingkungan ini," jelas Rio.

 

Pernah ada jemput bola warga yang dilakukan di dekat kota, yakni lansia sebatang kara tinggal di persawahan. Rumahnya tidak layak huni. Ia lagi sakit dan memerlukan rujukan sehingga dievakuasi. Pada saat mengevakuasi, belum tiba ke puskesmas, petugas sudah mengunggah lansia yang dievakuasi ke medsos. Tidak butuh waktu lama, sore hari ada dermawan dari Surabaya menyumbang puluhan juta rupiah untuk menolong lansia tersebut.