Liputan6.com, Bandung Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan setiap tahun menerima pasien yang terserang penyakit stroke sebanyak 500 orang. Artinya dalam setiap bulannya, rumah sakit umum pemerintah tersebut menerima pasien dengan penyakit serupa sebanyak 40 orang.
Kepala subdivisi Cerebrovaskular Disease (Stroke) Departemen Neurologi RSHS Bandung Lisda Amalia mengatakan, kemungkinan jumlah pasien stroke di Jawa Barat lebih banyak lagi yang tercatat di rumah sakit lain. Lisda mengaku banyaknya pasien stroke ini diakibatkan perubahan gaya hidup.
Baca Juga
“Yang pertama adalah kemungkinan diet (pola makan) yang tinggi lemak, fast food, junk food. Kemudian banyak makan yang digoreng. Kurang aktivitas fisik seperti olahraga yang sifatnya bisa menurunkan kadar lemak jahat, kemudian pola stress dan kondisi - kondisi seperti itu yang mengubah proporsi stroke menjadi usia lebih muda,” kata Lisda saat dihubungi melalui telepon, Bandung, Kamis, 31 Oktober 2019.
Advertisement
Lisda menerangkan, akibat perubahan gaya hidup itu, usia pasien stroke menjadi lebih muda. Biasanya pasien yang terserang stroke di kisaran usia 60 tahun ke atas, namun kini ditemui banyak pasien usia 40 tahun bahkan 30 tahun.
Hindari pemicu stroke
Lisda menyebutkan gejala stroke yang menyerang seseorang ditandai dengan keluhan secara mendadak. Misalnya seseorang yang biasanya dapat berjalan, tiba-tiba tidak bisa menggerakkan anggota tubuh
“Bicara lancar tadinya jadi pelo atau tidak jelas, tadinya bisa untuk melihat normal menjadi sulit untuk memfokuskan penglihatan jadi double atau juga salah satunya penurunan kesadaran. Nah, kalau udah saking beratnya itu juga bisa sampai ke penurunan kesadaran,” ujar Lisda.
Untuk mengantisipasi terserang stroke, Lisda mengatakan, yaitu dengan menghindari penyakit yang menjadi pemicu. Diantaranya mengendalikan pemicu penyakit hipertensi yaitu mengkonsumsi makanan bergaram secukupnya. Konsumsi garam yang ideal dalam satu hari adalah 2.3 gram.
Bagi seseorang yang mengalami hipertensi, wajib mengkonsumsi obat darah tinggi dalam jangka waktu panjang dan cenderung seumur hidup. Karena obat darah tinggi bukan untuk menyembuhkan, jelas Lisda, melainkan hanya untuk menurunkan kadar hipertensi dalam tubuh.
“Kalau dia ada diabet, maka kontrol diabetnya. Makan makanan yang tidak terlalu tinggi karbohidratnya, kemudian begitu pula untuk kolesterol, asam urat sama juga. Dan satu lagi antisipasi lainnya, saat tekena stroke harus mengikuti anjuran dokter sepenuhnya,” terang Lisda.
Divisi Cerebrovaskular Disease (Stroke) Departemen Neurologi RSHS Bandung menyebutkan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir penyakit stroke disebut sebagai penyebab kecatatan pertama di dunia. Sedangkan di Indonesia sendiri, stroke menjadi penyebab ke tiga kematian setelah penyakit jantung dan kangker. (Arie Nugraha)
Advertisement