Sukses

Dear Netizen: Menulis Seperti Apa yang Bisa Menyembuhkan?

Dalam dunia psikologi, menulis memang jadi salah satu terapi yang bisa dilakukan secara mandiri. Dengan menulis, seseorang dapat mengeluarkan emosi-emosi yang tersembunyi.

Liputan6.com, Jakarta Menulis ternyata bisa menjadi media penyembuhan bagi masalah psikis. Dalam dunia psikologi, menulis memang jadi salah satu terapi yang bisa dilakukan secara mandiri. Dengan menulis, seseorang dapat mengeluarkan emosi-emosi yang tersembunyi. Hal tersebut diungkap oleh Psikolog Oktina Burlianti dalam program Dear Netizen, Jumat (8/11/2019).

"Semakin lama menulis, kita jadi tahu pikiran dan perasaan kita," ujar wanita yang akrab disapa Ulie ini.

Ulie mengatakan, dengan menulis, seseorang bisa lebih mengeluarkan uneg-uneg atau hal-hal yang semula ditutup-tutupi. Mencurahkan isi hati melalui tulisan juga bisa membuat seseorang lebih terbuka tanpa khawatir dengan tekanan sosial atau pun penilaian dari orang lain.

Meski menulis bisa menjadi terapi penyembuhan, hal itu tak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada hal-hal yang perlu dicermati ketika seseorang hendak melakukan terapi tersebut.

Menurut Ulie, langkah pertama yang harus disadari seseorang ketika akan menulis adalah mengetahui tujuan dari aktivitas tersebut. Bila tujuan menulis adalah untuk penyembuhan maka sebaiknya dilakukan secara pribadi, tidak diungggah ke media sosial sehingga menjadi konsumsi publik.

"Pertama harus tahu dulu tujuannya, menulis itu untuk healing atau untuk publikasi. Kalau tujuannya untuk healing ya sebaiknya untuk diri sendiri," kata Ulie.

 

Saksikan juga video berikut ini

2 dari 2 halaman

Saya Pikir, Saya Rasa, dan Saya Harap

Selain itu, ketika menulis untuk tujuan healing, melepas emosi terpendam, harus mencakup tiga hal yakni pikiran, perasaan, dan harapan. Mengawali tulisan dengan "Saya pikir....", "Saya merasa...", "Saya berharap..." akan membantu seseorang menyadari apa yang tengah dia pikirkan, rasakan, dan harapkan terkait suatu masalah.

"Menulis dalam fungsi psikologi kan untuk self healing, bukan mengorek luka," ujarnya.

Ulie menyarankan menulis ketiga hal itu masing-masing 20 hingga 50 kali. Dengan semakin banyak dan sering menuliskan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diharapkan, seseorang akan lebih mudah melepas emosi yang selama ini mengganjal.