Sukses

Sulit Peroleh Fasilitas Sosial, Keluhan Dokter yang Akan Bertugas ke Pelosok

Kesulitan memeroleh fasilitas sosial jadi salah satu keluhan dokter yang akan ditugaskan ke pelosok.

Liputan6.com, Jakarta Kurangnya akses ke fasilitas sosial seperti sekolah untuk anak menjadi salah satu pertimbangan para dokter dan tenaga kesehatan lain yang akan bertugas ke pelosok. Apalagi fasilitas sosial mumpuni terbilang sulit diperoleh saat berada di pelosok. 

Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengungkapkan, ketersediaan fasilitas sosial, khususnya sekolah memang dipikirkan secara matang oleh dokter sebelum bertugas ke daerah terpencil.

"Yang paling susah itu soal fasilitas sosial. Terlebih lagi dokter yang sudah berkeluarga, punya istri dan anak," ungkap Daeng saat diwawancara Health Liputan6.com di Kantor PB IDI, Jakarta Pusat, ditulis Kamis (21/11/2019).

"Kalau dokter mau ke sana (ditempatkan bertugas) mengabdi dalam jangka waktu lama kan biasanya bawa keluarga juga. Sampai di sana, nanti anaknya sekolah di mana. Karena sekolahnya saja, misalnya, kurang tersedia ataupun kalau ada ya tidak banyak pilihan."

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Solusi: Perlu Sistem Cuti yang Baik

Menyoal ketersediaan fasilitas sosial yang minim di pelosok, ada solusi yang bisa diatasi. Perlu sistem cuti yang cukup bagus untuk dokter yang mengabdi di pelosok.

"Untuk mengatasinya, pemerintah sebaiknya punya sistem khusus, apakah saat dokter memutuskan ke sana boleh atau tidak membawa keluarga. Solusi lain, butuh sistem cuti yang cukup bagus," Daeng menerangkan.

"Ada pengaturan jadwal cuti. Kalau membangun sekolah kan lama, tapi ya bisa diatur bagaimana sistem cutinya. Kawan-kawan dokter yang bertugas di Papua, sebagian dari mereka, istri dan anaknya tinggal di Jakarta lho."

Pengaturan sistem cuti diharapkan mendorong para dokter tetap memberikan pelayanan sekaligus berbagi waktu bersama keluarga dengan baik.

"Mereka jadi nyaman dan happy bekerja," tutup Daeng.