Sukses

Studi: Sebagian Besar Remaja Dunia Mager

Riset terbaru juga menunjukkan sebagian besar remaja mager alias malas bergerak atau kurang melakukan aktivitas fisik.

Liputan6.com, Jakarta Mager alias malas bergerak tak hanya terjadi pada remaja Indonesia. Riset terbaru juga menunjukkan sebagian besar remaja kurang melakukan aktivitas fisik.

Sekitar 81 persen dari partisipan remaja usia 11-17 tahun studi ini aktivitas fisik level moderat di bawah satu jam. Hal itu terungkap dalam studi yang dipublikasikan pada 21 Novemer 2018 dalam Lancet Child & Adolescent Health.

"Sebenarnya, tidak mengejutkan melihat banyak remaja yang tidak aktif dalam studi ini," kata Fiona Bull, peneliti senior yang juga pimpinan program promosi kesehatan WHO.

"Kami agak kecewa karena usaha yang kita upayakan tidak mencapai target, aktivitas fisik yang rendah masih tinggi," kata Bull lagi seperti dilansir Time, Selasa (26/11/2019).

Melihat data ini, Bull mengatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat dunia masih kurang. Maka perlu dilakukan aksi cepat untuk mengatasi mager.

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Remaja Putri Korea Selatan Paling Mager

Berdasarkan data yang dianalisis dari 146 negara di tahun 2001 dan 2016, terlihat negara-negara mana yang remajanya paling malas melakukan aktivitas fisik.

Secara umum, tingkat aktivitas fisik yang rendah berada di negara-negara berpendapatan tinggi di Asia. Remaja putri di Korea Selatan menduduki peringkat tertinggi paling tidak aktif secara fisik karena 97 persen partisipan tidak melakukan aktivitas fisik sesuai pedoman WHO.

Bull memprediksi ada beberapa faktor yang membuat remaja-remaja di wilayah tersebut malas bergerak. Pertama, ledakan pertumbuhan ekonomi yang membuat peningkatakn teknologi digitial sehingga remaja cenderung mager. Kedua, faktor budaya yang memprioritaskan pendidikan daripada aktivitas fisik.

Sementara, faktor di wilayah lain yang membuat remajanya malas bergerak karena kemiskinan, malanutrisi, dan sumber daya manusia yang sedikit. Faktor itu membuat sekolah tidak mampu menyediakan program pendidikan jasmani yang melatih aktivitas fisik.

Untuk mengatasi masalah global ini, Bull mengharapkan kerja sama warga dan pemerintah setempat untuk mendukung aktivitas fisik. Misalnya melakukan program bersepeda bersama dan membuat trek jalan kaki yang nyaman.

"Membutuhkan kerja sama seluruh komunitas dan masyarakat untuk berubah, kata Bull.

Â