Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang mengonsumsi vitamin dan mineral tambahan untuk mengurangi berbagai risiko penyakit. Namun, beberapa penelitian menemukan hal sebaliknya.
Dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan pada American Association for Cancer Research Annual Meeting mengatakan bahwa mengonsumsi suplemen tidak dapat membatasi kanker, tapi justru dapat meningkatkan risiko kanker.
Baca Juga
Misalnya suplemen beta karoten, cenderung meningkatkan penyakit jantung dan kanker pada orang yang merokok dan minum alkohol.
Advertisement
Para peneliti menyimpulkan bahwa mengonsumsi asam folat, vitamin E, dan beta karoten sebagai tunjangan harian terbukti bisa meningkatkan risiko kanker. Dibandingkan suplemen atau vitamin, peneliti menyebut bahwa orang yang makan buah dan sayur jauh lebih sehat.
Namun, bukan berarti Anda harus membuang semua suplemen yang Anda punya. Beberapa kesalahpahaman yang umum dilakukan harus diluruskan karena risiko yang ditimbulkan jauh lebih banyak daripada manfaat. Berikut beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi serta cara untuk memastikan bahwa suplemen yang Anda konsumsi tepat seperti dilansir dari Health pada Rabu, 4 Desember 2019.
Â
Konsumsi Vitamin
1. Suplemen tidak dapat memperbaiki diet yang buruk
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal dibutuhkan keseimbangan jumlah protein yang tepat, lemak baik, karbohidrat sehat, serat, cairan, vitamin, mineral, dan antioksidan. Sangat beragam memang, namun sangat baik untuk kesehatan.
Berbeda halnya jika Anda hanya mengonsumsi multivitamin atau suplemen. Multivitamin dan suplemen tidak mungkin dapat menggantikan pola makan yang tidak konsisten atau kebiasaan yang tidak sehat, seperti tidak makan atau makan berlebihan.
2. Konsumsi yang berlebihan tidak baik
Konsumsi vitamin C memang dapat membantu mendukung kekebalan. Namun, faktanya konsumsi berlebihan terhadap vitamin dan suplemen dan nutrisi tambahan lainnya dapat menimbulkan masalah dan risiko kesehatan. Vitamin C dengan dosis tambahan dapat menyebabkan kram dan diare.
Selain itu, dalam kondisi tertentu antioksidan ini bisa bertindak sebagai pro-oksidan yang dapat memicu kerusakan pada DNA. Hampir apapun yang dikonsumsi dalam jumlah yang melebihi kebutuhan tubuh dapat menimbulkan risiko, bahkan untuk air sekalipun (keracunan air).
3. Yang alami juga bisa membahayakan
Banyak desas-desus yang beredar bahwa zat alami tidak mungkin berbahaya. Zat alami juga dapat membawa risiko kesehatan yang membahayakan bila dikonsumsi dalam dosis sedang hingga berlebihan. Semisal obat herbal kava (Hypericum perforatum) yang sering digunakan untuk membantu masalah tidur dan mengurangi kecemasan ternyata dapat menyebabkan keracunan pada liver.
Untuk itu, Anda perlu melakukan berbagai pertimbangan sebelum mengonsumsi vitamin, suplemen, ataupun obat-obatan herbal alami. Berhati-hatilah dan perhatikan seberapa banyak dan sering Anda mengonsumsinya. Cobalah untuk mencari tahu apakah ada potensi interaksi dengan kondisi kesehatan Anda.
Penulis: Winda Nelfira
Advertisement