Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Ekshibisionisme, Penyimpangan Seksual yang Bisa Terjadi Berulang

Ekshibisionisme termasuk penyimpangan seksual yang bisa berulang kali terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Kasus ekshibisionisme, yang termasuk kategori penyimpangan seksual, pernah terjadi sebulan lalu. Contohnya, seorang pria di Tasikmalaya, Jawa Barat yang melemparkan air mani kepada korban wanita pada 13 November 2019.

Pelaku juga mengakui, melakukan tindakan tersebut kepada lima korban lainnya.

 

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Alvina menjelaskan, ekshibisionisme itu penyimpangan seksual (sexual deviation) yang ditandai perilaku memperlihatkan alat kelamin seseorang pada orang lain. 

"Penyimpangan seksual ini memang bisa berulang kali dilakukan. Perilaku biasanya dilatarbelakangi adanya fantasi dan dorongan seksual yang kuat. Ini terjadi dalam periode waktu enam bulan," jelas Alvina melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat (6/12/2019).

“Sama seperti gangguan jiwa lainnya, ekshibisionisme bisa terjadi karena interaksi faktor biologis (gen), psikologis (kondisi psikologis orang yang bersangkutan), dan sosial (pola asuh dan lingkungan)." 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Butuh Terapi

Bagi seseorang yang didera ekshibisionisme, ia membutuhkan terapi. Upaya ini mencegah agar orang yang bersangkutan tidak melakukan tindakan tersebut berulang.

"Untuk terapi berupa memadukan psikofarmaka (obat) dengan psikoterapi. Tentunya, harus dilakukan evaluasi menyeluruh, apakah ada gangguan jiwa lain yang juga memerlukan terapi dalam bentuk lainnya,” jelas Alvina, yang sehari-hari berpraktik di RS Awal Bros Bekasi Barat.

Penyakit ini termasuk gangguan jiwa di bawah payung gangguan parafilia--penyimpangan seksual. Tidak ada ciri-ciri spesifik yang menandakan penderita ekshibisionisme (ekshibisionis).