Sukses

Terjatuh, Termometer Tembus Rongga Mata Balita Tiongkok hingga Menusuk Otak

Balita ini terjatuh ketika membawa sebuah tutup botol yang terpasang termometer. Benda itu menembus matanya dan menusuk otaknya

Liputan6.com, Jakarta Seorang balita berusia dua tahun di Tiongkok harus dilarikan ke rumah sakit usai sebuah termometer menembus rongga matanya dan melukai otaknya.

Sang ibu, Zhang, mengungkapkan bahwa kejadian tersebut terjadi saat dia menyiapkan susu formula hangat bagi bayi bernama Cheng Xiyu tersebut.

Balita laki-laki ini berlari mendatanginya sembari membawa tutup botol dengan termometer yang terpasang. Tiba-tiba, anak itu terjatuh dengan benda tersebut masih ditangannya.

"Dia terjatuh dengan wajah terlebih dulu dan saya melihat benda itu berada di sebelah matanya," kata sang ibu seperti dikutip dari The Sun pada Senin (16/12/2019).

Termometer tersebut ternyata menembus rongga mata kanannya. Pemeriksaan yang dilakukan usai dibawa ke dokter menunjukkan, benda itu menusuk hingga kedalaman lebih dari dua inci ke dalam otaknya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Tidak Mempengaruhi Fungsi Kognitif

Zhang membawa putranya ke sebuah klinik di Jingyang, Shaanxi. Namun, karena lukanya terlalu parah, dia dirujuk ke Xi'an Children Hospital di ibukota provinsi.

Meski melukai otaknya, termometer tersebut tidak merusak area yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif. Operasi pun dilakukan untuk menarik benda tersebut dari rongga mata Xiyu.

"Tantangan terbesar yang kami hadapi adalah risiko menusuk matanya atau melukai otaknya lebih jauh," kata Shi Hangyu, kepala bedah saraf dari rumah sakit tersebut.

Hangyu mengatakan bahwa proses mengeluarkan termometer dan desinfeksi lukanya hanya butuh waktu tidak lebih dari 10 menit. Namun, evaluasi keseluruhan memakan waktu yang cukup lama karena terkait dengan keselamatan pasien.

Usai dioperasi, Xiyu berada dalam kondisi stabil. Selain itu, mata kanannya baik-baik saja meski dia harus tetap dirawat di rumah sakit. Para dokter melakukan itu untuk memantau kemungkinan adanya kebocoran plasma otak.

"Kekhawatiran lain tentu saja, infeksi. Namun bahkan dalam kasus tidak ada infeksi, dia perlu dirawat selama seminggu," kata Hangyu.