Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa terjadi penurunan prevalensi pria pengguna tembakau di dunia. Meskipun positif, bukan berarti aksi melawan produk tersebut selesai.
"Tanpa meningkatkan aksi nasional, proyeksi penggunaan tembakau masih tidak akan memenuhi target pengurangan global. Kita tidak boleh menyerah dalam perang melawan tembakau," kata Vinayak Prasad, Kepala Unit Pengendalian Tembakau WHO seperti dilansir dari laman resminya pada Jumat (27/12/2019).
Baca Juga
WHO mencatat bahwa secara keseluruhan, penggunaan tembakau global secara keseluruhan menurun dari 1,397 miliar di tahun 2000 menjadi 1,337 miliar pada 2018. Sebagian besar pengurangan pada laki-laki terjadi karena semakin sedikit perempuan yang menggunakan produk terkait tembakau. Angkanya menurun 100 juta dari 2000 hingga 2018.
Advertisement
Mereka juga menyatakan bahwa meski dalam periode tersebut angka penggunaan tembakau pada pria meningkat sekitar 40 juta, namun tren tersebut diprediksi berhenti tumbuh dan akan menurun pada 2020. Setidaknya, 1 juta pria akan berhenti merokok hingga berkurang sebesar 5 juta pada 2025.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Prediksi Penurunan Pengguna Tembakau
WHO memprediksikan bahwa pada 2020, akan ada 10 juta lebih sedikit pengguna tembakau baik pria dan wanita dibandingkan 2018. Mereka mencatat 60 persen negara mengalami angka penurunan pemakaian tembakau sejak 2010.
Prasad mengatakan, proyeksi penurunan penggunaan tembakau di kalangan laki-laki mewakili mayoritas pengguna tembakau. Sehingga, hal ini bisa dibangun dan digunakan untuk mempercepat upaya mencapai target global.
Dalam laporan terbaru, WHO menemukan bahwa pada 2018, sekitar 43 juta anak usia 13 hingga 15 masih menggunakan tembakau. 29 juta adalah anak laki-laki.
Advertisement
Tren Penggunaan Tembakau di Asia
Sementara, di Asia, wilayah yang dicakup WHO Asia Tenggara memiliki tingkat penggunaan tembakau tertinggi. Lebih dari 45 persen pria dan wanita berusia 15 tahun ke atas.
Namun, angka tersebut diproyeksikan menurun dengan cepat ke tingkat yang serupa dengan kawasan Eropa dan Pasifik Barat, sekitar 25 persen pada 2025.
WHO juga mencatat bahwa semakin banyak negara yang menerapkan langkah-langkah pengendalian tembakau dengan efektif. Salah satunya adalah dengan pengenaan pajak yang tidak hanya membantu mengurangi konsumsi dan biaya perawata kesehatan, tetapi juga sebagai aliran pendapatan dan pembiayaan pembangunan.
Mereka menambahkan, lebih dari 8 juta orang meninggal karena penggunaan tembakau setiap tahunnya. Angka ini sekitar setengah dari pemakainya. Lebih dari 7 juta berasal karena pemakaian langsung, sementara sekitar 1,2 juta adalah mereka yang bukan perokok dan terpapar asap.
Adapun, data tersebut hanya terdiri dari beberapa produk tembakau seperti rokok konvensional, kretek, dan cerutu. Mereka tidak memasukkan rokok elektrik ke dalamnya.