Sukses

Gunakan Rokok Elektrik, Paru-Paru Claire Rusak dan Memutih

Seorang remaja di Maryland, Amerika Serikat menceritakan pengalamannya ketika paru-parunya rusak karena penggunaan rokok elektrik

Liputan6.com, Jakarta Claire Chung mengaku bahwa kebiasaannya menggunakan rokok elektrik membuatnya harus dirawat karena paru-parunya rusak parah. Remaja asal Maryland, Amerika Serikat ini mengatakan bahwa saat ini ia harus berjuang untuk hidupnya.

Gadis 19 tahun ini awalnya dibawa ke rumah sakit setelah mengalami demam 40 derajat Celsius yang tak kunjung turun pada beberapa pekan sebelum Natal. Awalnya, keluarga mengira sakit yang diderita Claire hanya flu biasa.

Namun, usai menjalankan beberapa tes, para dokter berpikir bahwa ada pneumonia ringan di paru-paru kirinya.

"Setelah memakai dua antibiotik selama 48 jam, demam masih melonjak hingga 104 (Fahrenheit), jadi saya dilarikan ke UGD pada pagi di hari Natal. Saya dirawat di rumah sakit dan diberi cairan infus serta antibiotik," kata Claire dalam sebuah unggahan di Instagramnya beberapa waktu lalu, seperti dilansir dari Nextshark pada Selasa (14/1/2020).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Paru-Paru Berwarna Putih

Claire menjalani tes lanjutan. Hasil CT scan menunjukkan bahwa jaringan paru-parunya berada dalam kondisi yang parah.

"Paru-paru yang sehat saat dipindai harusnya berwarna hitam. Paru-paru saya yang berusia 19 tahun benar-benar berkabut dan memutih di seluruh pemindaian, seluruhnya menutupi kedua paru-paru," kata Claire.

Usai dirawat dan menjalani beberapa tes, terungkap bahwa paru-paru Claire rusak karena penggunaan rokok elektrik. Ia juga mengungkapkan apabila dirinya terlambat mendapatkan akses ke perawatan kesehatan dan tidak pernah diobati, dirinya akan mati tak lama kemudian.

"Ketika dokter paru datang kepada saya dengan hasilnya, dia sangat terkejut. Dia benar-benar tidak bereaksi selain, 'wow,'" ujarnya.

Dokternya tidak bisa memastikan apakah kerusakan paru-paru itu disebabkan oleh darah, cairan tertentu, atau perkembang biakan bakteri atau virus. Namun, yang paling menakutkan bagi Claire adalah, dia tidak pernah merasakah gejala apapun meski kerusakannya sangat parah.

"Saya tidak pernah mengalami sesak napas, batuk, mengi, nyeri dada, atau tanda-tanda kesulitan bernapas atau masalah apa pun. Ini benar-benar pembunuh diam-diam."