Sukses

Kena Serangan Jantung Akut, Kenapa Harus Pasang Cincin?

Serangan jantung merupakan salah satu bentuk presentasi dari penyakit jantung koroner.

Liputan6.com, Jakarta Perhatian publik pada serangan jantung makin meluas karena penyakit itu menyerang para selebriti  seperti yang diberitakan di media massa. Bahkan tak jarang, Anda mungkin mendengar berita duka dari kenalan atau kerabat, mereka yang mungkin berusia muda, meninggal mendadak akibat serangan jantung.

Namun apa sih sebenarnya penyebab serangan jantung? Lalu apa yang terjadi dalam tubuh saat serangan jantung beserta efeknya? Dan mengapa pemasangan cincin, menjadi terapi utama yang harus dilakukan segera? Yuk bahas selengkapnya mengenai penyakit ini!

Jadi, serangan jantung merupakan salah satu bentuk presentasi dari penyakit jantung koroner. Jantung adalah suatu organ yang terdiri dari otot yang bekerja memompakan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Jantung juga bertanggung jawab terhadap ketersediaan nutrisi dan oksigen organ-organ tubuh, serta pembuangan sisa-sisa pembakaran organ-organ tubuh.

Kerja otot jantung dipengaruhi oleh pembuluh darah koroner. Jika pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan akibat proses penumpukan lemak dan pengapuran—pada dinding pembulih darah (aterosklerosis), kondisi itu dapat menyebabkan seseorang menderita jantung koroner.

Bukan hanya itu saja, penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner, berdampak pada ketersediaan nutrisi dan oksigen bagi otot jantung. Akibatnya otot jantung mengalami penurunan fungsi, kerusakan sementara, hingga permanen.

Ciri Serangan Jantung

Penyakit jantung koroner memiliki dua presentasi utama, yaitu stabil dengan kondisi umum yang muncul berupa nyeri dada, nyeri ulu hati. Dada terasa berat atau panas karena jantung bekerja lebih berat dari biasanya, seperti usai berakfititas fisik, mengalami stres emosional. Namun gejala tidak berkepanjangan, dan hilang bila beristirahat. Gejala tersebut dikatakan angina pektoris stabil.

Kedua adalah nyeri dada dikatakan tidak stabil atau angina pektoris tidak stabil adalah kondisi dimana keluhan diatas muncul mendadak pada aktifitas minimal atau beristirahat. Durasi lebih lama hingga lebih dari 20 menit, tidak reda dengan istirahat, juga dapat disertai keringat dingin, mual, muntah, dan sesak napas.

Pada evaluasi selanjutnya di unit gawat darurat, apabila gejala tersebut terbukti merupakan penyakit jantung koroner, barulah individu tersebut dikatakan menderita serangan jantung. Selanjutnya disebut sebagai sindrom koroner akut (SKA).

Pada penyakit jantung koroner stabil, proses penyempitan atau penyumbatan berjalan perlahan dan menahun. Gejala baru akan muncul bilamana penyempitan sudah cukup berat dan mengganggu aliran di pembuluh darah koroner.

Pada kondisi ini, berbagai evaluasi dapat dilakukan untuk menilai ringan-beratnya gangguan asupan darah terhadap jantung, juga untuk menentukan strategi pengobatan awal, apakah dengan obat atau sudah memerlukan tindakan lebih lanjut.

Namun pada SKA, terjadi erosi atau pecahnya permukaan gumpalan lemak akibat aterosklerosis tersebut, dan diikuti terbentuknya bekuan darah (trombosis) secara mendadak dalam waktu cepat, sehingga aliran pembuluh darah koroner serta suplai darah menuju otot jantung terhenti secara mendadak.

Otot jantung yang tidak mendapatkan suplai darah akan mengalami kerusakan sel yang menimbulkan sensasi nyeri dada berupa angina pektoris tidak stabil.

Efek Serangan Jantung

Rusaknya sel-sel otot jantung tidak hanya memberikan sensasi nyeri dada semata. Terdapat komplikasi lebih lanjut pada SKA, diantaranya:

1. Terganggunya fungsi pompa jantung, sehingga darah terbendung di paru-paru, menimbulkan sesak napas dan mengganggu suplai darah ke seluruh tubuh serta organ vital seperti otak dan ginjal, kondisi ini disebut juga gagal jantung akut terganggunya aktifitas listrik otot jantung, sehingga denyut jantung dapat menjadi terlalu cepat, atau terlalu lambat, atau tidak beraturan, hingga berhenti berdenyut secara medadak dan menyebabkan pingsan atau kematian mendadak

2. Robeknya katup, sekat, atau dinding jantung bila kerusakan otot-otot jantung sangat luas, kondisi ini juga berakibat sangat fatal danangka harapan hidup yang sangat rendah meskipun sudah dilakukan tatalaksana secepat mungkin dan semaksimal mungkin. Komplikasi-komplikasi inilah yang menyebabkan serangan jantung menjadi kondisi yang sangat berbahaya dan dan berpotensi fatal dalam waktu cepat dan tiba-tiba

3. Tentu saja tidak semua serangan jantung akan berakibat fatal secara mendadak. Banyak orang mengalami serangan jantung dan melewati fase perawatan atau bahkan tidak menjalani perawatan karena tidak tahu bahwa gejala yang dirasakannya sebagai serangan jantung merasa kembali sehat dan melanjutkan akfitas sehari-harinya.

Namun kerusakan permanen pada otot jantung dalam periode waktu tertentu akan menurunkan fungsi pompa jantung secara gradual. Penderita serangan jantung akan merasa lebih mudah lelah, nafas sesak, dan dapat disertai bengkak pada kaki dan perut akibat bendungan cairan tubuh secara bertahap pada paru-paru, tungkai bawah, dan perut. Kondisi ini disebut juga gagal jantung kronis.

Oleh karena itu, penting bagi pasien dengan gagal jantung kronis, agar tak mengabaikan pengobatan, untuk menghindari kondisi atau gejala yang memburuk di kemudian hari. Pengobatan yang diberikan pun untuk menekan gejala agar minimal, agar mengalami serangan jantung berulang serta kematian jantung mendadak.

Solusi Serangan Jantung

Pengobatan yang diberikan untuk penderita jantung koroner, salah satunya dengan pemasangan cincin pada pembuluh darah koroner atau disebut Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Ini adalah prosedurmembuka penyempitan atau penymbatan akibat plak aterosklerosis atau gumpalan darah pada pembuluh darah koroner.

Proses ini tujuannnya untuk mengembalikan suplai darah ke otot jantung, sehingga disamping menghilangkan gejala nyeri dada, dapat menjaga agar otot jantung dapat tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kasus penyakit jantung koroner stabil, jantung masih mendapatkan suplai darah walaupun kurang adekuat, sehingga otot jantung masih hidup walau terganggu fungsinya dan PCI dapat tentukan waktunya sesuai keinginan penderita.

Namun pada SKA, suplai darah pada otot jantung berhenti secara total dan sel-sel otot jantung akan mengalami kematian secara permanen dalam hitungan menit hingga jam dengan kerusakan yang berat, sehingga pada SKA, pengembalian suplai darah pada otot jantung dengan PCI harus dilakukan secepatnya, guna menghentikan proses kerusakan dan kematian sel-sel otot jantung secepat mungkin.

Apabila PCI dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama sejak kejadian serangan jantung, kerusakan yang terjadi pada otot jantung jadi lebih berat, sehingga penderita memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kerusakan otot jantung yang lebih luas. Kondisi itu tentu berdampak buruk, seperti waktu perawatan lebih lama dengan obat-obatan lebih banyak dan biaya lebih mahal.

Kedua, terjadi gagal jantung yang lebih berat, sehingga penderita serangan jantung akan tergantung dengan lebih banyak obat, berpotensi rawat-inap berulang, biaya pengobatan yang lebih tinggi, dan kualitas hidup sehari-hari serta produktifitas terganggu akibat gejala gagal jantung.

Nah bila dilakukan sedini mungkin, diharapkan kerusakan sel-sel otot jantung masih minimal dan penderita tidak jatuh ke dalam kondisi gagal jantung. Dengan demikian, pasca perawatan serangan jantung, kualitas hidup relative jadi lebih baik dengan gejala minimal dan biaya pengobatan rutin pun lebih rendah.

Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui faktor yang menyebabkan seseorang berisiko terkena serangan jantung. Mulai dari mengenali gejala dengan cecpat, tanda serangan jantung, hingga meminta pertolongan secepatnya ke fasilitas kesehatan yang adekuat, serta mengambil keputusan tepat dan cepat terhadap tata laksana serangan jantung, seperti perawatan intensif dan tindakan PCI.

Jika Anda memerlukan konsultasi dan penanganan masalah di bidang Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dapat mengunjungi klinik bedah vascular dan berkonsultasi dengan dr. Aron Husink, Sp.JP (K) FIHA pada Senin dan Rabu 16.00-18.00 WIB di Rumah Sakit EMC Tangerang.

 

(*)