Sukses

Kanker Langka di Singapura Cenderung Dialami Anak Muda

25 persen kanker yang didiagnosis di Singapura merupakan kanker langka, dan orang muda lebih cenderung mengalaminya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebesar 25 persen kanker yang didiagnosis di Singapura merupakan kanker langka, dan orang muda lebih cenderung mengalaminya. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan bisa menjadi alasan mengapa kanker langka cenderung dialami remaja dan dewasa.

Selama rentang lima tahun, tingkat kelangsungan hidup dari kanker langka hanya 47 persen, dibandingkan dengan 65 persen untuk kanker umum.

Dr Chan Yong Sheng Jason, konsultan ahli onkologi medis di National Cancer Centre Singapore (NCCS), mengatakan kepada Business Insider dalam email bahwa beberapa kanker langka yang dia lihat adalah jaringan lunak dan sarkoma tulang, beberapa jenis limfoma (seperti limfoma Hodgkin, limfoma sel-T) , serta melanoma non-kulit (akral, mukosa, okular).

Menurut SingHealth, sarkoma adalah tumor langka agresif yang dapat mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh, yang umumnya muncul dari jaringan lunak atau bertulang di tubuh, dan hanya 60 kasus yang dilihat oleh NCCS pada 2013.

Sementara limfoma adalah jenis kanker yang berkembang dalam limfosit, yang merupakan jenis khusus sel darah putih yang penting untuk ketahanan tubuh terhadap penyakit.

Penjelasan di situs web Penn Medicine menggambarkan melanoma non-kulit sebagai sejenis kanker yang berkembang dari sel melanosit yang mengandung pigmen, dan ditemukan pada bagian tubuh selain kulit, seperti pada mata (okular).

 

2 dari 2 halaman

Diangnosis kanker langka

Dr Chan, berbicara tentang keadaan kanker langka yang didiagnosis di Singapura, untuk mengetahui dampaknya.

Secara ilmiah, Kelangkaan kanker didasarkan pada kejadiannya. Kemungkinan kombinasi faktor genetik dan lingkungan yang kompleks dapat menjadi salah satu faktor mengapa kanker langka bisa cenderung menimpa remaja dan dewasa muda.

Masalah terbesar yang didiagnosis pada pasien kanker langka di Singapura adalah kurangnya informasi mengenai penyakitnya.

Beban kesehatan secara keseluruhan diperparah oleh kenyataan bahwa banyak dari pasien dengan kanker langka ini adalah remaja dan dewasa muda. Ketidakpastian psikologis dan beban fisik diagnosis kanker pada kehidupan pribadi mereka (sekolah, pekerjaan, keluarga) tidak dapat dilebih-lebihkan.

Tantangan yang dihadapi Singapura dalam pengelolaan kanker langka tidak unik, dan ada kebutuhan global yang belum terpenuhi untuk meningkatkan perawatan pasien dengan kanker langka.

Di seluruh dunia, ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi kanker langka dengan menetapkan prioritas untuk upaya penelitian, mengembangkan alat diagnostik baru, menemukan obat baru, dan meningkatkan aktivitas uji klinis.

 “Saya akan mendorong pasien dengan kanker langka untuk mengatasi masalah ini dengan menjadi proaktif dalam memahami lebih lanjut tentang penyakit khusus mereka melalui partisipasi penelitian,” kata Chan.

Chan juga menyarankan agar seseorang yang didiagnosis dengan kanker langka dapat segera mencari bantuan di pusat perawatan tersier spesialis dengan fasilitas dan keahlian yang sesuai. 

 

Penulis: Lorenza Ferary