Liputan6.com, Jakarta - Partikel bau, secara umum, dapat menghidupkan kembali ingatan yang telah lama dilupakan. Bau atau aroma adalah partikel kimia yang masuk melalui hidung ke dalam olfactory bulbs otak, tempat sensasi pertama kali diproses menjadi bentuk yang dapat dibaca oleh otak.
Sel-sel otak kemudian membawa informasi tersebut ke daerah kecil di otak yang disebut amigdala, tempat emosi diproses, dan kemudian ke hippocampus yang bersebelahan, tempat pembentukan memori berlangsung.
Baca Juga
Simon Cowell Kenang Liam Payne Pernah Menemuinya Tahun Lalu Hanya untuk Ngobrol: Betapa Bangganya Kamu Jadi Ayah
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
6 Potret Dulu Vs Kini Bowo Alpenliebe, Pernah Viral Disebut Mirip Iqbaal Ramadhan
Menurut John McGann, profesor departemen psikologi dari Rutgers University di New Jersey mengatakan bahwa wilayah otak yang menyulap bau, ingatan, dan emosi akan saling terkait.
Advertisement
Semua indera pertama kali melakukan perjalanan ke daerah otak yang disebut thalamus, yang bertindak seperti switchboard untuk menyampaikan informasi tentang hal-hal yang kita lihat, dengar, atau rasakan ke seluruh otak.
Hal ini menghasilkan hubungan yang intim antara emosi, ingatan, dan aroma. Inilah sebabnya mengapa ingatan yang dipicu oleh aroma dapat mempengaruhi ingatan seseorang, seperti yang dilansir dalam Live Science.
“Aroma yang akrab tetapi sudah lama terlupakan bahkan dapat membuat orang menangis,” kata Rachel Herz, asisten asisten profesor psikiatri dan perilaku manusia Brown University di Rhode Island, sekaligus penulis buku The Scent dari Desire
Simak Video Menarik Berikut:
respon emosional aroma
Ketika seseorang mencium sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa yang berarti di masa lalu, mereka akan memiliki respons emosional terhadap sensasi dan kemudian sebuah memori akan mengikuti.
"Otak menggunakan konteks "untuk memberi makna pada informasi" dan menemukan memori itu," kata Herz.
Hubungan antara bau dan memori juga meluas ke masalah kesehatan yang berhubungan dengan memori. "Menurunnya penciuman kadang-kadang dapat mewakili gejala awal dari kondisi yang berkaitan dengan kehilangan memori, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer, tetapi juga bisa juga akibat penuaan," kata McGann.
Keterikatan emosi dan aroma yang aneh ini sebenarnya memiliki penjelasan evolusi yang sederhana. Amigdala berevolusi dari area otak yang awalnya didedikasikan untuk mendeteksi bahan kimia. "Emosi memberi tahu kita tentang mendekati hal-hal dan menghindari hal-hal, dan itulah yang dilakukan indera penciuman juga," katanya.
Faktanya, cara seseorang menggunakan emosi untuk memahami dan merespons dunia menyerupai bagaimana hewan menggunakan indra penciumannya.
Penulis: Lorenza Ferary
Advertisement