Liputan6.com, Jakarta Meski menimbulkan kontroversi, beberapa orang mengaku bahwa mereka bisa berhenti merokok usai sebelumnya beralih ke rokok elektrik.
Terkait hal tersebut, dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan dirinya mengapresiasi apabila orang tersebut mampu benar-benar berhenti merokok dengan cara tersebut. Namun dengan syarat, tidak malah keterusan menggunakan rokok elektronik.
Baca Juga
"Kalau dia pakai rokok elektrik kemudian dia berhenti menggunakan rokok konvensional itu bagus. Tapi selanjutnya, rokok elektroniknya juga harus berhenti," kata Agus pada Health Liputan6.com di kantor Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta, ditulis Senin (20/1/2020).
Advertisement
Walaupun begitu pada kenyataannya, ada banyak orang yang mengganti rokok konvensional menjadi rokok elektrik dan keterusan menggunakannya.
"Itu namanya dia mengalihkan penggunaan rokok. Itu yang tidak betul. Artinya bahaya rokok akan muncul. Yang namanya alat bantu kan begitu dia berhenti ya berhenti juga alat bantunya."
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Dokter Paru Sebut Tetap Berbahaya
Agus mengatakan bahwa rokok elektrik juga punya bahaya seperti rokok konvensional.
"Pada prinsipnya semua jenis rokok atau tembakau itu berbahaya bagi kesehatan. Karena kandungannya sudah jelas," kata Agus.
Agus mengungkapkan, ada beberapa kandungan yang dicurigai menjadi penyebab penyakit yang beberapa waktu lalu merebak di Amerika Serikat. Mereka adalah Tetrahydrocannabinol (THC) yang tidak ada di Indonesia, serta vitamin E asetat dan komponen minyak.
"Untuk vitamin E dan komponen minyak itu cukup banyak ditemukan di rokok elektrik atau vape yang beredar di Indonesia," kata Agus. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa dalam rokok elektrik, juga terkandung nikotin.
Advertisement