Liputan6.com, Jakarta Seorang pria datang ke dokter di Massachusetts, Amerika Serikat dengan keluhan reaksi alergi setiap dirinya mengalami ejakulasi. Kondisi ini dialami pasien 25 tahun tersebut sejak usia remaja.
Kejadian ini dilaporkan dalam jurnal Urology Case Reports. Dokter mengungkapkan bahwa pria yang tidak disebutkan namanya ini mengalami rasa cemas yang membuatnya lemah hingga "brain fog" ketika dirinya ejakulasi.
Baca Juga
Dokter Abraham Morgentaler, profesor urologi di Harvard Medical School mengatakan bahwa pria ini mengalami post-orgasmic illness syndrome (POIS). Kelainan ini seringkali juga ditandai dengan hidung tersumbat, mata panas, susah konsentrasi, lekas marah, suasana hati tertekan, dan keadaan yang tidak nyaman mirip flu.
Advertisement
"Kondisi anti-klimaks pria itu meredam kehidupan seksnya," kata Abraham yang juga penulis penelitian tersebut, seperti dikutip dari New York Post pada Rabu (22/1/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Menghindari Aktivitas Seks
Abraham mengatakan, pasien yang belum menikah ini juga menghindari masturbasi dan menghindari ejakulasi ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan. Hal ini membuatnya hanya orgasme setiap dua bulan sekali.
Dokter lalu memberikannya suntikan human chorionic gonadotropin, sebuah hormon yang mendorong mendorong lebih banyak produksi testosteron. Perawatan tersebut sukses karena pasien mampu mendapatkan klimaks tanpa efek samping.
Dia dikabarkan juga tak lagi takut akan aktivitas seksual.
"Ini adalah pertama kalinya sejak dia berusia 16 tahun, bahwa dirinya bisa mengalami orgasme tanpa konsekuensi fisik atau emosional yang negatif setelahnya," tulis para dokter.
Abraham menjelaskan bahwa gejala POIS bisa muncul dengan cepat atau dalam dua hingga tiga hari usai ejakulasi. Kondisinya bisa bertahan hingga dua minggu.
Seringkali, POIS lebih banyak dirujuk ke profesional kesehatan mental yang mungkin tak terbiasa dengan kondisi ini. Akhirnya, sedikit pria yang mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.
Advertisement