Sukses

WHO: Virus Corona Bukan Ancaman Kesehatan Dunia

Badan Kesehatan Dunia (WHO) enggan menetapkan wabah coronavirus sebagai ancaman kesehatan dunia.

Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (WHO) enggan menetapkan wabah virus Corona sebagai ancaman kesehatan dunia walaupun penyebaran virus yang menginfeksi saluran napas dari China ini berdampak pada negara lain, seperti misalnya Amerika Serikat, Jepang, Thailand, Taiwan, dan Singapura.

WHO beralasan, meski virus Corona menyebar luas di negara-negara tersebut, jumlah kasusnya kecil dan tidak begitu berdampak pada lingkungan sekitarnya. 

"Pada saat ini tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia di luar China," ujar Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal W.H.O, pada konferensi pers di Jenewa.

Bukan berarti penularan virus corona Wuhan antarmanusia tidak akan terjadi, kata dia, hanya saja belum bisa dikatakan sebagai kondisi darurat kesehatan dunia. “Ini darurat di China, tetapi belum menjadi darurat kesehatan global," ucapnya.

Komite yang memutuskan hal itu diketuai oleh Dr. Didier Houssin, mengalami perdebatan panjang. Beberapa menuntut deklarasi darurat ancaman wabah sekarang. Namun, yang lain mengatakan terlalu cepat menyimpulkannya karena jumlah kasus di negara selain China masih terbilang sedikit.

Deklarasi darurat tampaknya memilih satu negara sebagai ancaman bagi seluruh dunia. Dr. Houssin mengatakan komite juga mempertimbangkan keputusannya bagi warga Tiongkok.

Dr. Tedros mengatakan tidak akan ragu meminta WHO untuk mempertimbangkan kembali deklarasi ancaman ini, jika ditemukan lebih banyak bukti virus corona Wuhan mengancam kesehatan dunia.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

WHO prediksi akan ada banyak kejadian penyakit di China

Dalam konferensi, WHO juga mengatakan kemungkinan akan ada lebih banyak kasus penyakit serupa di dataran China dan negara lainnya. Seluruh negara juga harus menilai di tempat untuk mendeteksi kasusnya, termasuk di fasilitas kesehatan.

Meskipun beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, mulai melakukan upaya screening para pelancong dari Wuhan, Dr. Tedros mengatakan WHO lebih menganjurkan larangan orang keluar dari negara yang terinfeksi.

“Masih ada banyak hal yang belum kita ketahui. Kita tidak tahu sumbernya. Kita tidak tahu betapa penyebarannya sangat mudah, kita tidak paham bentuk klinis atau tingkat keparahannya," kata Tedros.

Infeksi terbaru ini disebabkan oleh Coronavirus, virus dari keluarga yang sama dengan penyebab epidemi SARS dan MERS, yang telah membunuh ratusan orang di sejumlah negara.

Kasus penyakit pneumonia Wuhan ini muncul pertama kali pada orang yang baru pulang dari toko yang menjual ikan dan berbagai hewan hidup untuk dikonsumsi. Peneliti berpikir virusnya berasal dari salah satu hewan tersebut. Namun, belum diketahui secara pasti hewan yang mana. Tokonya telah ditutup dan hewan atau produk yang dijual di sana masih disimpan untuk dicari tahu penyebabnya.

Menemukan sumbernya tentu hal yang penting, sehingga penjualan hewan atau dagingnya dapat dihentikan. China memiliki banyak toko serupa itu. Dan China juga menjadi lokasi asal mula SARS.

Sejauh ini, Tedros mengatakan seperempat warga yang terinfeksi mengalami sakit parah. Namun, kebanyakan memiliki gejala ringan. Sebagian besar yang meninggal didapati memiliki masalah kesehatan lain dan telah berusia di atas 60 tahun.

Menurut pihak berwajib China, sebanyak 830 orang diketahui terinfeksi virus corona di China dan sedikitnya 25 orang meninggal.

 

3 dari 3 halaman

5 Deklarasi Darurat Wabah

Transmisi virus dari orang ke orang muncul di China, tapi sejauh ini dibatasi orang terdekat pasien: anggota keluarga dan petugas kesehatan yang menanganinya.

Pelancong membawa virus dan telah mencapai Jepang, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Taiwan, Vietnam, dan Amerika Serikat. Penyelidik di negara lain, termasuk Meksiko, juga mengevaluasi dugaan kasus.

Pemerintah di China telah menutup jalur transportasi dari dan menuju Wuhan, dan memberlakukan pembatasan perjalanan pada negara lain yang terdampak. Langkah-langkah ini telah secara signifikan meningkatkan upaya negara untuk menahan penyebaran virus hanya beberapa hari sebelum liburan Tahun Baru Imlek, ketika ratusan juta orang bepergian ke dalam dan ke luar negeri.

Sejauh ini hanya 5 deklarasi darurat wabah yang telah diumumkan:

- 2009 ada pandemik influenza;

- 2014 ada kebangkitan polio di beberapa negara;

- masih di tahun 2014 ada epidemi Ebola di Afrika Barat;

- 2016 ada epidemi virus Zika;

- 2019 ada wabah Ebola di Republik Kongo

Ada pertimbangan politik dan ekonomi juga untuk mengubah status kedaruratan ini. Untuk mengatasi wabah, pemerintah menyatakan sebuah sinyal darurat bahwa situasinya serius dan membutuhkan bantuan serta kerja sama internasional akan mempengaruhi politik dan ekonomi negara tersebut.

Epidemi SARS contohnya, yang disebabkan oleh coronavirus terkait pada tahun 2002 dan 2003, menelan biaya ekonomi global sebesar $ 30 miliar hingga $ 100 miliar, menurut sebuah artikel yang diterbitkan Kamis dalam jurnal medis JAMA. Selain itu pengumuman darurat wabah akan berdampak pada bisnis kerja sama dengan negara tersebut.

Michael Osterholm, seorang ahli epidemiologi di University of Minnesota menyarankan perlunya meninjau ulang definisi deklarasi darurat kesehatan masyarakat.