Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan di Tiongkok menyatakan bahwa mereka telah menemukan jejak novel coronavirus (2019-nCoV) atau lebih dikenal dengan virus corona dalam tinja beberapa pasien yang terinfeksi.
Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan penularan penyakit dengan cara tersebut setelah potensi penularan lain seperti kontak cairan dari pernapasan.
Baca Juga
Dikutip dari South China Morning Post pada Senin (3/2/2020), temuan para peneliti di Shenzhen Third People's Hospital meningkatkan potensi tersebut. Mereka menemukan adanya jejak genetik berupa ribonucleic acid novel coronavirus dalam tinja pasien yang terinfeksi.
Advertisement
Hal ini dikonfirmasi oleh Komisi Kesehatan Shenzhen dalam sebuah pernyataan pada Sabtu pekan lalu. Hasil ini seakan memperkuat beberapa studi serupa termasuk di Wuhan dan Amerika Serikat.
"Dokter, terutama ahli pencernaan, harus memperhatikan dengan cermat gejala pneumonia atipikal yang disebabkan oleh infeksi virus corona baru dan mengambil perlindungan pribadi terhadap muntah dan kotoran," kata para peneliti dari Shi Zhengli's Laboratory Wuhan Institute of Virology yang juga melakukan studi serupa.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Secara Umum, Coronavirus Juga Mungkin Ada dalam Tinja
Dimintai konfirmasi soal cara penularan semacam ini, peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra mengungkapkan, secara umum, jenis coronavirus memang bisa ditularkan lewat tinja.
"Sejauh ini, human coronavirus memang menyerang saluran pernapasan, tapi banyak juga penyebab gastroenteritis. Kebanyakan pada hewan, babi, kucing, dan lain-lain," kata Sugiyono pada Health Liputan6.com.
Untuk meneliti apakah ada coronavirus dalam feses hewan, Sugiyono mengatakan caranya adalah dengan mengambil sampel dari bagian anus.
"Sehingga memungkinkan juga ada feses dari hewan reservoar atau perantaranya yang kena dengan manusia sehingga menyebabkan infeksi," kata Sugiyono dalam pesan singkatnya.
Advertisement
Masih Berupa Dugaan, Belum Bisa Dipastikan
Walaupun begitu, terkait novel coronavirus, Sugiyono menilai bahwa masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah benar hal tersebut bisa menimbulkan infeksi.
Ini tak jauh beda seperti dikemukakan oleh dokter Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Ari Fahrial Syam.
"Sampai saat ini belum ada bukti klinisnya," kata Ari lewat pesan tertulis.
Walau begitu, Sugiyono mengatakan bahwa lewat temuan ini, paling tidak seseorang bisa meningkatkan kewaspadaan.
"Ini kewaspadaan. Kalau di feses terlacak corona, ini memang diduga kuat bisa tertular dari situ juga. Kalau di hewan, corona juga kebanyakan menyerang saluran pencernaan, jadi sangat mungkin," kata Sugiyono.
Sehingga, apabila bisa disimpulkan, meski para pakar di Tiongkok telah menemukan adanya jejak genetik virus corona dalam feses pasien terinfeksi, cara penularan lewat tinja masih merupakan dugaan yang membutuhkan penelitian lanjutan.