Liputan6.com, Jakarta Minyak samin atau ghee adalah jenis mentega yang biasa digunakan dalam masakan khas India dan Timur Tengah. Secara tradisional, itu dibuat dengan memanaskan dengan lembut mentega susu sapi sampai kandungan airnya menguap dan padatan susunya dapat disaring.
Jadi, itu hanya menyisakan lemak cair, dilansir dari Time pada Rabu (5/2/2020).
Baca Juga
"Sementara minyak samin membutuhkan waktu lebih lama dari beberapa jenis mentega lainnya, tetapi minyak samin mempertahankan lebih banyak vitamin dan nutrisi karena pembuatannya yang rendah panas," kata profesor emeritus farmakologi di South Dakota State University, Chandradhar Dwivedi.
Advertisement
Secara khusus, minyak samin mengandung vitamin E, vitamin A, antioksidan dan senyawa oragnik lainnya.
Dalam ilmu pengetahuan moderen menunjukkan bahwa makan makanan kaya lemak seperti minyak samin ini dapat meningkatkan bioavailabilitas (ketersediaan hayati) dan penyerapan beberapa vitamin dan mineral yang sehat.
Dwivedi mengatakan, "Dengan memasak atau makan sayuran bersama dengan minyak samin, tubuh Anda mungkin memiliki lebih banyak nutrisi.".
Menurutnya juga minyak samin memiliki rasa yang enak dan itu bisa membuat beberapa makanan yang sehat tapi tidak lezat menjadi lezat.
Simak video menarik berikut ini:
Apakah minyak samin menyehatkan?
Minyak samin juga sejenis dengan lemak, dan hingga saat ini lemak memiliki reputasi buruk secara keseluruhan.
Lemak adalah makronutrien padat kalori, jadi makan semua jenis makanan berlemak dianggap dapat meningkatkan berat badan dan obesitas.
Minyak samin dan jenis mentega lainnya juga tinggi akan lemak jenuh, yang telah lama dikaitkan dengan penyakit jantung.
Namun, kini pemikiran itu telah bergeser. Banyak makanan yang mengandung lemak, seperti alpukat dan minyak zaitun dianggap sebagai tambahan yang dapat menahan rasa lapar dan berasal dari sesuatu yang menyehatkan.
"Semakin banyak penelitian yang telah saya lakukan, semakin banyak lemak jenuh tampaknya relatif netral. Tidak baik atau buruk bagi jantung Anda," kata ahli jantung dan profesor nutrisi di Tufs University, Dariush Mozaffarian.
Ia mengatakan misalnya lemak susu, tampaknya tidak terkait dengan penyakit jantung dan diabetes.
Dalam upaya untuk memahami risiko kesehatan jantung pada minyak samin, Dwivedi melakukan beberapa penelitiannya pada tikus, meski penelitian hewan tidak menterjemahkan ke manusia.
Di antara hewan yang sehat, ia menemukan bahwa mengemas makanan mereka hingga 10 persen minyak samin tidak menyebabkan peningkatan kadar kolesterol jahat atau penanda penyakit jantung lainnya.
Sisi lainnya, ketika memeriksa spesies tikus inhibrida dengan kecenderungan genetik untuk berbagai penyakit, makan makanan yang banyak mengandung minyak samin meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tidak sehat.
"Dalam penelitian nutrisi, tikus cenderung menjadi model eksperimen yang baik untuk manusia," kata Dwivedi.
Hasil penelitiannya menemukan bahwa mengonsumsi minyak samin hingga 10 persen tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Namun, bagi mereka yang memiliki kecenderungan itu karena faktor genetik mungkin akan berbahaya.
Profesor nutrisi di University of North Carolina Gillings School of Global Public Health, Dr. Rosalind Coleman mengatakan bahwa tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa minyak samin lebih sehat daripada mentega bentuk lainnya.
Minyak samin yang tidak termasuk susu padat, mungkin lebih mudah dicerna untuk orang dewasa yang tidak toleran dengan laktosa.
"Minyak samin juga memiliki titik asap lebih tinggi daripada mentega jenis biasa yang mungkin membuatnya lebih sehat untuk dimasak, " kata Coleman.
Semua ini menunjukkan bahwa jika Anda sehat dan ingin menambahkan lebih banyak lemak, minyak samin mungkin bisa menjadi pilihan yang baik.
Penulis : Vina Muthi A.
Advertisement