Sukses

Menanti Nama Resmi Novel Coronavirus

Selama ini hanya disebut virus corona, Novel Coronavirus rupanya belum memiliki nama resmi.

Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini, Novel Coronavirus atau 2019-nCoV masih belum memiliki nama resmi. Nama yang diberikan untuk virus corona strain baru ini sesungguhnya adalah nama sementara.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pemberian nama sementara agar tidak ada lokasi atau tempat yang dikaitkan dengan Novel Coronavirus.

"Saya yakin Anda semua telah melihat banyak laporan media yang masih menyebutnya menggunakan Wuhan atau China dan kami ingin memastikan bahwa tidak ada stigma," kata kepala unit Emerging Disease WHO, Maria Van Kerkhove seperti dikutip dari Medical Xpress pada Selasa (11/2/2020).

Sylvie Briand dari divisi Global Infectious Hazard Preparedness WHO mengatakan bahwa penggunaan nama tempat menciptakan beban yang sesugguhnya tidak diperlukan.

"Adalah tanggung jawab kita semua untuk memastikan bahwa tidak ada stigma yang terkait dengan penyakit ini dan profil individu yang tidak perlu dan tidak membantu berdasarkan etnis sama sekali dan benar-benar tidak dapat diterima," kata Michael Ryan, kepala Health Emergencies Programme WHO.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Pentingnya Pemberian Nama Resmi

Pemberian nama sendiri bergantung pada WHO dan para ahli di International Committee on Taxonomy of Viruses. Diharapkan, dalam beberapa hari ke depan, masyarakat dunia sudah mengetahui nama resmi dari Novel Coronavirus.

Sementara itu, Tiongkok telah memiliki nama sendiri untuk menyebut penyakit tersebut, yaitu Novel Coronavirus Pneumonia (NCP).

Dikutip dari Channel News Asia, Crystal Watson, asisten profesor di Johns Hopkins Center for Health Security mengatakan bahwa pemberian nama virus seringkali tertunda karena fokus utama adalah respons kesehatan masyrakat.

"Bahaya ketika Anda tidak memiliki nama resmi adalah, orang-orang mulai menggunakan istilah-istilah seperti China Virus, dan itu dapat menimbulkan reaksi buruk terhadap populasi tertentu," kata Watson.

Dalam rekomendasinya, WHO menyarankan agar sebuah penyakit tidak menggunakan nama orang, spesies atau kelas hewan dan makanan, istilah yang memicu ketakutan yang tidak seharusnya, serta referensi budaya, populasi, industri, atau pekerjaan.