Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, Indonesia memiliki kemampuan untuk mendeteksi virus corona.Â
"Bagi yang masih meragukan kemampuan Indonesia dalam mendeteksi virus corona, Indonesia punya kapasitas. Indonesia punya alatnya," kata perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr. N. Paranietharan dalam acara Seminar Peningkatan Pemahaman akan Outbreak 2019-nCov: Upaya Peningkatan Kewaspadaan, perwakilan WHO untuk Indonesia di Universitas Indonesia, Selasa (11/2/2020).
Baca Juga
Menurut Paranietharan, pemeriksaan terhadap 2019-nCoV pada dasarnya dapat dilihat dari genomic sequencing (pengurutan DNA) yang baru ada dari China sejak 12 Januari. Dan virus tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan PCR atau Polymerase Chain Reaction. Hanya memang seluruh rangkaian pemeriksaan membutuhkan waktu lama.
Advertisement
"Sebagaimana telah diketahui, prosedur PCR sebelumnya yaitu menggunakan RNA (semacam enzim) yang diekstraksi dan ditambah reagen, baru kemudian masuk ke mesin PCR untuk menemukan kesamaan dengan 2019-nCoV berdasarkan data dari China," katanya.
Setidaknya, hasilnya baru akan keluar paling cepat dalam 2 hari. Kecuali dengan PCR spesifik hasilnya memang bisa didapatkan lebih cepat dalam hitungan jam. Dan Indonesia telah memesan alat tersebut.
"Namun yang pasti, Indonesia selalu memiliki PCR untuk coronavirus sejak 14 Januari sebagaimana negara Asia lainnya. Jadi sebenarnya seluruh negara terdampak baru bisa mendeteksi 2019-nCoV mulai 14 Januari," ungkap Paranietharan.
Jadi, jika setelah 10 hari sejak 14 Januari Anda dinyatakan negatif 2019-nCoV, maka artinya tidak terpapar virus corona, terutama bagi yang telah dites dengan PCR spesifik. "Begitu pun yang datang sejak 1 Februari maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, karena artinya sama sekali tidak mendekati genomic sequence 2019-nCoV," ujarnya.
"Hingga saat ini, 99 persen kasus virus corona ada di China. Dan memang ada kemungkinan skenario epidemik menjadi pandemik, namun WHO percaya dapat mencegahnya asalkan tiap negara mengerahkan seluruh kemampuannya dan fokus mengatasi dan mencegah penularan virus," saran Paranietharan.
Sebelumnya, harian Sidney Morning Herald sempat membuat publik Tanah Air khawatir karena mengungkapkan bahwa Indonesia belum memiliki alat tes khusus untuk mendeteksi Virus Corona baru ini dengan cepat.
Padahal, otoritas medis telah mengandalkan tes pan-coronavirus yang secara positif dapat mengidentifikasi semua virus dalam keluarga Corona (termasuk flu biasa, SARS dan MERS) pada seseorang.
Perwakilan WHO di Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan juga sebelumnya mengatakan, "Kami (WHO) prihatin Indonesia belum melaporkan satu pun kasus yang dikonfirmasi di negara berpenduduk hampir 270 juta orang ini. Tetapi kami telah diyakinkan oleh otoritas terkait bahwa pengujian laboratorium telah bekerja dengan baik."
Mengingat ada lebih dari 2 juta turis China mengunjungi Indonesia pada 2019. Negara-negara tetangga termasuk Australia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja dan Filipina semuanya telah mencatat kasus-kasus baru.
Tanggapan Menkes
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto geram ketika Indonesia disebut seharusnya Indonesia sudah terpapar virus corona. Namun hingga saat ini tak ada satupun warga yang terditeksi virus corona. Menurutnya tudingan itu menghina Indonesia.
"Itu namanya menghina itu. Wong peralatan kita kemarin di-fix kan dengan Duta Besar AS. Kita menggunakan alat dari AS, dari Amerika," tegas Terawan usai Rapat Pleno Stunting di Kebon Sirih Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Terawan juga menegaskan, alat yang dimiliki Indonesia sudah terjamin kualitas dan standarisasinya. Karenanya, dia yakin saat ini pemerintah Indonesia belum mendapati satu pun warganya terpapar.
"Intinya kita kerjakan sesuai standar ya, terstandar International semua sudah dicek silakan sekalian dari mereka dari WHO pun persilahkan juga dari Amerika kita persilahkan juga untuk ikut melihat prosesnya," jelas Terawan.
Terawan menerangkan, prinsip penanganan virus corona di Indonesia berjalan transparan. Hal ini dilakukan agar tidak ada pihak yang menyangsikan kerja pemerintah dalam menangani wabah penyakit asal China tersebut.
"Kita sudah terakreditasi, WHO juga sudah mengakui, kalau ada orang lain mau melakukan survei dan dugaan ya silakan saja, tapi jangan mendiskreditkan suatu negara," ucap Terawan.
Â
Â
Advertisement