Liputan6.com, Jakarta Belum diketahui berapa lama virus corona SARS-CoV-2 atau yang penyakitnya disebut COVID-19 bisa bertahan di permukaan dan benda mati sembari menunggu inangnya dan menginfeksinya.
Dalam sebuah studi yang dilakukan para ahli virus di Jerman, para peneliti menemukan kemungkinan bahwa virus corona penyebab COVID-19 memiliki kemampuan bertahan serupa dengan "anggota keluarga" virus corona lain yaitu mampu hidup bertahan di permukaan dan tetap bisa menginfeksi sampai sembilan hari.
Baca Juga
Dikutip dari IFL Science pada Jumat (14/2/2020), para peneliti dari Ruhr-Universität Bochum mencapai kesimpulan tersebut setelah melakukan analisis dari 22 studi pada virus corona lain, termasuk SARS dan MERS.
Advertisement
"Virus corona yang berbeda dianalisis, dan hasilnya semua sama," kata salah satu penulis studi, Eike Steinmann dari Leibniz University Hanover.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Bertahan hingga Seminggu
Dalam studi yang dimuat di Journal of Hospital Infection ini, para peneliti menyatakan bahwa beberapa virus corona bisa bertahan di permukaan benda dalam suhu kamar hingga sembilan hari. Meski begitu, rata-rata hanya bertahan empat sampai lima hari.
Profesor Günter Kampf dari Greifswald University Hospital mengatakan, suhu rendah dan kelembaban udara tinggi semakin meningkatkan kemampuan mereka dalam bertahan hidup.
Kamp menambahkan, virus bisa terdapat di suatu benda lewat tetesan batuk atau bersin, untuk kemudian disentuh oleh tangan yang memegang benda tersebut.
"Di rumah sakit, ini bisa pegangan pintu misalnya, tetapi juga bisa tombol telepon, meja di samping tempat tidur, kerangka tempat tidur, dan benda-benda lain di sekitar pasien yang sering terbuat dari lobam atau plastik," kata Kampf.
Advertisement
Studi Bukan pada COVID-19
Namun, bukan berarti infeksinya tidak bisa dicegah. Dalam studi ini, para peneliti menemuka bahwa membersihkan permukaan benda dengan natrium hipoklorit, hidrogen peroksida, atau etanol, bisa mengurangi penyebaran virus corona secara umum. Dikutip dari Science Alert, ini senada dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia yang dinilai efektif dalam mengatasi SARS dan MERS.
Studi tersebut awalnya akan dipublikasikan dalam makalah di masa depan. Namun, mengingat wabah COVID-19 sedang merebak, para ilmuwan memutuskan merilisnya beberapa waktu yang lalu mengingat virus penyebab penyakit tersebut juga termasuk dalam virus corona.
Walau begitu, dalam penelitian ini tidak ada 2019-nCoV yang diteliti. Hal ini karena mereka tidak memiliki data dari tangan yang terkontaminasi setelah kontak pasien atau usai menyentuh benda yang terpapar.
Selain itu, US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menyatakan belum jelas seberaa efektif virus COVID-19 mampu menular lewat benda yang terpapar.
"Saat ini tidak jelas apakah seseorang bisa mendapatkan 2019-nCoV dengan menyentuh permukaan atau obyek yang mengandung virus di atasnya lalu kemudian menyentuh virus di sana, untuk kemudian menyentuh mulut, hidung, atau kemungkinan mata mereka," kata CDC.