Sukses

Di Tengah Wabah Virus Corona, Ratusan Layanan Konseling Kesehatan Mental Muncul di Tiongkok

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mencatat, ada lebih dari 300 nomor layanan konseling kesehatan mental yang muncul di tengah wabah virus corona

Liputan6.com, Jakarta Wabah virus corona atau COVID-19 tidak hanya berdampak secara fisik namun juga secara kejiwaan. Kondisi ini memunculkan ratusan nomor telepon dukungan mental di Tiongkok.

Dikutip dari New York Post pada Jumat (14/2/2020), Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menyatakan setidaknya ada lebih dari 300 hotline dukungan mental yang diluncurkan di seluruh negeri tirai bambu. Mereka terdiri dari berbagai elemen seperti departemen psikologi universitas, layanan konseling, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat.

Peneliti medis dari Peking University menyatakan bahwa konseling lewat telepon dan internet untuk staf fasilitas kesehatan, pasien, dan masyarakat, merupakan satu dari enam strategi kunci untuk mengatasi tekanan mental akibat wabah virus corona.

"Kami percaya bahwa memasukkan perawatan sistem kesehatan mental dalam sistem darurat kesehatan masyarakat nasional akan memperkuat Tiongkok dan dunia selama kampanye untuk mengendalikan dan memberantas 2019-nCoV," kata para peneliti.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Muncul Kekhawatiran Lain

Dikutip dari Xinhua, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok juga telah merilis pedoman bagi otoritas lokal dalam mempromosikan intervensi krisis psikologis bagi pasien, pekerja medis, serta mereka yang berada di bawah pengawasan selama wabah.

Beberapa panduan tersebut antara lain: layanan tersebut haruslah bebas, rahasia, dikelola oleh sukarelawan dengan latar belakang profesional, serta diawasi oleh ahli yang berpengalaman.

Walaupun disambut dengan baik oleh beberapa tenaga kesehatan, namun masyarakat setempat diminta lebih berhati-hati dalam memilih layanan konseling. Hal ini mengingat, kesehatan mental masih menjadi hal yang cukup tabu di negara tersebut.

"Ada banyak hotline di luar sana yang dikelola oleh banyak sukarelawan tetapi itu tidak masuk akal karena tidak banyak yang bisa dilatih dengan baik," kata Cui Erjing, salah satu relawan yang di Seattle, Amerika Serikat, yang berasal dari Guangdong selatan

"Bisa menjadi traumatis ketika meminta dukungan tetapi tidak mendapatkan tanggapan dengan benar," Erjing menambahkan.

Selain itu, menurut Sami Wong, psikoterapis di Beijing, banyak saluran bantuan yang diprakarsai secara individual dan sulit apabila seseorang ingin mendapatkan dukungan serta pengawasan secara konsisten.